Jakarta, CNBC Indonesia - Deputi Bidang Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup / Badan Pengendalian Lingkungan (KLH/ BPLH) Rasio Ridho Sani mengatakan, persoalan polusi udara kini sudah masuk jadi isu multidimensi.
Mulai dari masalah ekonomi, menyangkut berapa besar biaya yang harus dikeluarkan untuk mengatasi persoalan polusi udara. Hingga persoalan kesehatan, di mana ancamannya sangat besar ancaman polusi udara bagi kesehatan masyarakat.
Tak hanya itu, sambungnya, polusi udara juga akan menyebabkan daya saing satu wilayah.
"Saya sering bertemu dengan banyak pihak, mereka menyampaikan Jakarta ini kota tingkat polusinya nomor dua di dunia, kadang-kadang nomor tiga, kadang-kadang nomor empat," katanya dalam Merdeka Polusi dengan tema "Solusi Menekan Biaya Ekonomi Dampak Polusi Udara", Rabu (30/7/2025).
"Kita tidak usah bicara nomornya, tapi yang dibicarakan dalam konteks Jabodetabek ini adalah persepsi. Publik, tidak hanya nasional tapi internasional, menyebutkan bahwa kota kita ini sedang tidak baik-baik saja. Tentu ini juga menyebabkan penurunan reputasi dari kota-kota besar kita," ucapnynya.
Kondisi itu, sebutnya, jadi tantangan, tidak hanya Jakarta, tapi juga Banten dan Jawa Barat dalam konteks Jabodetabek.
"Kota-kota inilah yang berada di agglomerasi ini merupakan kontribusi berkaitan dengan pencepatan udara di Jabodetabek ini." ujarnya.
Ridho Sani lalu menjabarkan penyebab utama polusi yang mencemari udara di Jabodetabek maupun kota-kota besar di Indonesia.
"Pertama kita ambil saja, kita lihat Jabodetabek. Penyebab utama dari Jabodetabek ini berdasarkan data yang kita miliki, disebabkan oleh emisi transportasi," bebernya.
"Kedua, emisi dari kegiatan industri, masuk juga pembangkit listrik tenaga uap. Ini kurang lebih 14 persen. Samping itu juga berkaitan dengan pembakaran secara terbuka, sekitar 13 persen. Dan juga dari kegiatan konstruksi dan debu jalanan juga berkontribusi terhadap penurunan kualitas udara di Jabodetabek ini. Dan yang terakhir adalah berkaitan dengan aerosol sekunder," kata Ridho Sani.
(dce/dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article
Atasi Pencemaran Udara, Menteri LH Tindak 14 Titik Hingga April 2025