Liputan6.com, Jakarta Pola makan buruk serta kebiasaan malas gerak sering menjadi sorotan utama dalam isu obesitas. Memang, keduanya berpengaruh dalam penumpukan lemak tubuh, namun ternyata, ada faktor eksternal serta fisiologis yang dapat menyebabkan seseorang mengalami obesitas. Oleh karena itu, penting untuk memahami bahwa permasalahan ini jauh lebih kompleks daripada sekadar gaya hidup.
Di Indonesia sendiri, permasalahan berat badan berlebih sudah harus menjadi perhatian bersama. Menurut laporan World Obesity Atlas 2025 dari World Obesity Federation, tercatat sebanyak 13% populasi dewasa di Indonesia mengalami obesitas dan diperkirakan akan terus meningkat hingga tahun 2030.
Ahli endokrinologi di Pritikin Longevity Center Miami Maria Teresa Anton, M.D., menyebut bahwa obesitas bukan sekadar soal kemauan pribadi, sehingga pendekatan dari berbagai disiplin ilmu diperlukan untuk mencapai kemajuan nyata.
“Sekarang semakin dipahami bahwa obesitas bukan hanya soal kekuatan kehendak,” tutur Anton, dilansir dari situs Glamour.
“Itulah mengapa pendekatan multidisipliner kami saat ini melibatkan dokter, psikolog, dan ahli tidur, karena kemajuan nyata terjadi ketika kita menangani seluruh aspek kehidupan seseorang, bukan hanya isi piringnya,” sambungnya.
Jadi, hal apa saja yang bisa menjadi pemicu obesitas selain makanan dan kebiasaan gerak? Simak 7 faktornya menurut Glamour di bawah ini.
1. Genetik
Faktor pemicu obesitas yang pertama ialah genetik. Menurut dokter spesialis penyakit dalam Supriya Rao, genetik dapat berperan besar dalam menentukan sistem kerja tubuh seseorang, termasuk dari penyimpanan lemak, pemrosesan energi, respons sinyal lapar, dan pengelolaan stres.
“Genetika memainkan peran besar,” kata Rao, dikutip dari Glamour, “Beberapa individu secara genetik lebih cenderung menyimpan lemak atau memiliki respons metabolik yang lebih lambat. Ini bukan hanya soal apa yang dimakan seseorang atau seberapa aktif mereka, meskipun itu tetap perlu diperhitungkan. Ini juga berkaitan dengan bagaimana tubuh mereka memproses energi, merespons sinyal lapar, dan mengelola stres.”
Mengenali potensi genetik bukan berarti kamu harus menyerah pada keadaan, tetapi justru bisa menjadi motivasi untuk menerapkan pola makan seimbang, rutin beraktivitas fisik, serta menjaga kesehatan mental. Dengan begitu, kamu bisa melakukan upaya pencegahan dan pengendalian obesitas secara lebih efektif.
2. Tidur
Sering begadang dan menyepelekan jam tidur? Kamu harus mulai menata kembali gaya hidupmu, karena ternyata, kurang tidur termasuk dalam faktor pemicu obesitas. Hal ini berkaitan dengan perubahan hormon ketika seseorang tidur dengan durasi yang tidak cukup.
Menurut Anton, perubahan hormon ini dapat menyebabkan peningkatan rasa lapar, serta menurunkan sensor kenyang pada seseorang yang tidur kurang dari enam jam semalam.
“Orang yang tidur kurang dari enam jam per malam lebih berisiko mengalami kenaikan berat badan, karena perubahan hormonal yang meningkatkan rasa lapar dan menurunkan rasa kenyang,” ungkap Anton pada situs Glamour.
Cobalah untuk lebih tertib pada jam tidurmu demi kesehatan tubuh. Bila pola tidur terus kamu abaikan, risiko kenaikan berat badan bisa meningkat tanpa disadari, meskipun kamu sudah berusaha makan makanan sehat dan rutin berolahraga.
3. Stress Kronis
Kalau kamu sering mengalami tekanan batin dari aktivitas sehari-hari, tubuhmu akan menumpuk sedikit demi sedikit kadar hormon stres seperti kortisol. Akibatnya, kamu bisa punya keinginan untuk terus makan sebagai pelampiasan stres, alias mengalami gangguan eating stress. Situasi ini perlu kamu putus segera sebelum kamu terjebak dalam siklus stres, makan, dan kenaikan berat badan yang tak berujung.
Jangan ragu untuk mencari pertolongan medis ketika kamu sudah merasa kondisi psikologis-mu sulit dikendalikan dan sudah mengganggu keseharian. Lakukan juga relaksasi tubuh sederhana lewat yoga, jalan pagi, ataupun latihan pernapasan. Dengan mental yang sehat, kamu juga bisa terhindar dari masalah kelebihan berat badan.
4. Hormon dan Kondisi Kesehatan
Beberapa kondisi medis dan penyakit kronis dapat bertindak sebagai pemicu obesitas tanpa disadari. Misalnya, sindrom ovarium polikistik (PCOS), hipotiroidisme, sindrom cushing, dan sindrom Prader-Willi bisa mengganggu keseimbangan hormon dan memperlambat metabolisme. Alhasil, tubuhmu jadi lebih mudah menyimpan lemak.
Selain itu, penyakit seperti diabetes tipe 2 serta kondisi awalnya, seperti resistensi insulin dan sindrom metabolik, juga berperan dalam kenaikan berat badan. Ketika tubuhmu kesulitan mengolah gula darah menjadi energi, kelebihan gula tersebut cenderung disimpan dalam bentuk lemak. Akibatnya, berat badan pun bisa meningkat meskipun pola makan tidak berubah secara drastis.
5. Obat-obatan
Pemicu obesitas berikutnya datang dari obat-obatan resep. Ternyata ada obat-obat tertentu yang bisa menjadi pemicu obesitas, apalagi kalau dikonsumsi dalam jangka panjang. Obat-obatan ini disebut obesogenic, karena mempunyai pengaruh terhadap berat badan. Menurut situs Glamour, berikut ini jenis obat-obatan obesogenic:
- Antidepresan (misalnya SSRI)
- Antipsikotik
- Antihistamin
- Insulin dan obat diabetes lainnya
- Statin (obat kolesterol/jantung)
- Kontrasepsi hormonal
- Terapi pengganti hormon
- Obat darah tinggi (seperti beta-blocker)
Kalau kamu merasa berat badan susah turun sejak mulai minum salah satu obat tersebut, coba konsultasikan dengan dokter. Siapa tahu ada pilihan pengobatan lain yang lebih cocok tanpa mengganggu metabolisme tubuhmu.