Beijing (ANTARA) - Pemerintah China mempertemukan perwakilan Thailand dan Kamboja secara informal di Shanghai untuk memperkuat gencatan senjata kedua negara.
"Menyikapi momentum gencatan senjata yang rapuh, pada pagi hari tanggal 30 Juli, Wakil Menteri Luar Negeri Sun Weidong mengadakan konsultasi informal di Shanghai dengan perwakilan Kamboja dan Thailand," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Guo Jiakun dalam konferensi pers di Beijing pada Rabu (30/7).
Dalam pertemuan itu Wakil Menlu China Sun Weidong mengundang perwakilan Thailand dan Kamboja tanpa menyebutkan lokasi dan siapa saja perwakilan yang hadir.
Namun, dalam pertemuan itu disebut Kamboja maupun Thailand menegaskan kembali komitmen mereka kepada China untuk menerapkan gencatan senjata dan menghargai peran positif China. Pertemuan disebut berlangsung dalam suasana jujur, bersahabat, dan kondusif.
"Sejak pecahnya konflik di sepanjang perbatasan antara Kamboja dan Thailand, sebagai tetangga yang bersahabat, China telah aktif mengupayakan deeskalasi dengan caranya sendiri," tambah Guo Jiakun.
Menteri Luar Negeri China Wang Yi disebut sudah bertemu dengan menteri luar negeri Kamboja dan Thailand serta Sekretaris Jenderal ASEAN. Kementerian Luar Negeri China juga menjalin komunikasi yang erat dengan kedua negara dan menyampaikan pesan di antara mereka beberapa kali terkait perkembangan tersebut.
Selain itu Utusan Khusus Kementerian Luar Negeri China untuk Urusan Asia melakukan dua "shuttle-diplomacy" untuk mendorong perundingan perdamaian antara kedua belah pihak.
"China mendukung ASEAN dalam memainkan perannya, dan telah menjalin kontak erat dengan Malaysia sebagai ketua bergilir ASEAN, serta mengirimkan perwakilannya ke pertemuan para pemimpin khusus di Kuala Lumpur," ungkap Guo Jiakun.
Baik Kamboja maupun Thailand disebut sudah menegaskan kembali komitmen mereka kepada China untuk menegakkan gencatan senjata dan menghargai peran positif China dalam meredakan situasi.
China, kata Guo Jiakun, tidak mencari keuntungan pribadi apa pun dalam masalah tersebut dan mendukung ASEAN dalam memfasilitasi penyelesaian politik situasi antara Kamboja dan Thailand melalui cara ASEAN.
"Kami siap untuk terus menjaga komunikasi yang erat dengan negara-negara di kawasan, yaitu Kamboja, Thailand, dan Malaysia, untuk memainkan peran konstruktif dalam memperkuat gencatan senjata dan memulihkan perdamaian dan stabilitas sedini mungkin," kata dia.
Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim sebelumnya menyampaikan bahwa Thailand dan Kamboja telah sepakat untuk mengakhiri konflik dua negara melalui penerapan gencatan senjata mulai Senin (28/7) tengah malam menyusul pertemuan Penjabat PM Thailand Phumtham Wechayachai dan PM Kamboja Hun Manet di kediaman resmi Anwar di Putrajaya, Malaysia pada hari yang sama.
Dalam pernyataannya, PM Anwar menyampaikan penghargaan yang tulus kepada Thailand dan Kamboja atas pilihan kedua negara terhadap jalur diplomasi, dan kepada Presiden Amerika Seikat Donald Trump serta Presiden China Xi Jinping atas dukungan konstruktifnya dalam memajukan inisiatif perdamaian.
Kamboja dan Thailand memang memiliki sejarah panjang pertikaian diplomatik atas wilayah perbatasan di sekitar wilayah provinsi Preah Vihear di Kamboja dan provinsi Ubon Ratchathani di timur laut Thailand yang tidak dibatasi sepanjang 817 kilometer.
Ketegangan antara Thailand dan Kamboja telah meningkat sejak 28 Mei 2025 menyusul pertempuran kecil antara pasukan mereka di dekat wilayah perbatasan Preah Vihear yang disengketakan hingga merenggut nyawa seorang tentara Kamboja.
Pertikaian terakhir meletus pada 24 Juli. Bentrokan bersenjata dilaporkan terjadi di sepanjang wilayah perbatasan utara Kamboja, dan merenggut korban jiwa dari kedua belah pihak.
Hingga saat ini, 22 orang dilaporkan tewas di pihak Thailand dan 140 orang mengalami luka-luka, sementara otoritas Kamboja telah mengonfirmasi kematian 13 orang, termasuk lima tentara dalam konflik tersebut.
Lebih dari 188.700 warga negara Thailand yang dievakuasi dari tujuh provinsi perbatasan masih menunggu izin resmi untuk dipulangkan. Di sisi seberang, 80.000 warga Kamboja dari tiga provinsi perbatasan sudah dievakuasi ke tempat aman.
Namun Penjabat PM Phumtham menyebutkan bahwa Kamboja telah melanggar gencatan senjata secara besar-besaran di wilayah Phu Makua dan Sam Taet , tudingan yang dibantah Kementerian Pertahanan Kamboja.
Baca juga: Tim Pemantau akan dikirim pantau gencatan senjata Kamboja-Thailand
Baca juga: Bertemu China, Kamboja-Thailand tegaskan komitmen gencatan senjata
Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Aditya Eko Sigit Wicaksono
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.