REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN— Wakil Presiden Pertama Iran Mohammad Reza Aref mengatakan Iran tidak menginginkan perang, tetapi jika musuh memprakarsai perang, maka Iran yang akan memutuskan bagaimana dan kapan harus mengakhirinya.
"Hari ini, kita berada di tengah-tengah perang yang dipaksakan. Kita tidak berada dalam gencatan senjata yang normal, melainkan dalam keadaan gencatan senjata yang dipaksakan, jadi kita harus siap menghadapi musuh kapan saja," kata dia dalam sebuah pertemuan dengan para rektor universitas-universitas besar Iran di Teheran pada Senin (18/8/2025).
"Tentu saja, strategi kami adalah menyelesaikan masalah melalui negosiasi, tetapi kami prihatin apakah pihak lain percaya pada negosiasi atau tidak?”
Dia menambahkan kekuatan Barat mencoba mendikte kebijakan mereka ke negara lain sementara Iran menentangnya.
"Seperti inilah hak asasi manusia dan peradaban Barat," kata Aref. "Kami tidak menginginkan perang, tetapi strategi kami adalah jika mereka memulai perang, akhirnya akan menjadi milik kami," kata dia menegaskan.
Di lokasi terpisah, Wakil komandan Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Brigadir Jenderal Ali Fadavim mengatakan rezim Zionis melakukan kesalahan perhitungan selama perang 12 hari yang dilancarkannya terhadap Iran.
“Musuh Zionis dan AS memasuki perang dengan kekuatan penuh, tetapi mereka mengalami kesalahan perhitungan karena mereka yakin akan berhasil, yang tidak terjadi," kata dia pada Senin, dikutip Press TV.
Dia mengatakan pada hari-hari awal perang, ada komunikasi antara para pemimpin regional dan agresor Israel, tetapi setelah beberapa hari situasinya berbalik menguntungkan Iran.
Dia memperingatkan kesalahan perhitungan musuh dengan menegaskan jika tren ini terus berlanjut, mereka akan segera menyadari betapa seriusnya kesalahan mereka.
BACA JUGA: Pengakuan Biarawati AS yang Mukim Lama di Palestina tentang Hamas dan Israel Hebohkan Dunia
Jenderal Fadavi menambahkan rudal-rudal Iran yang melintasi langit di atas Irak dan menghantam posisi-posisi penting rezim Israel selama perang 12 hari menunjukkan kemenangan-kemenangan ini.
Dia juga mengatakan sejak Revolusi Islam 1979, permusuhan kekuatan-kekuatan arogan global, terutama Amerika Serikat dan sekutunya, terus berlanjut setiap hari terhadap Republik Islam Iran.