Semilir angin terasa menyegarkan di pinggir Waduk Cirata. Meski terik matahari menyengat kulit, rasanya tak mampu menghilangkan rasa takjub melihat hamparan waduk raksasa yang menjadi tulang punggung energi bersih di Indonesia itu.
Mengapung di atas permukaan Waduk Cirata, sebuah pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) Terapung raksasa yang menjadi salah satu tonggak pencapaian transisi energi terakbar di Indonesia.
PLTS Terapung Cirata dinobatkan menjadi PLTS Terapung terbesar ke-3 di dunia dan nomor 1 di Asia Tenggara dengan kapasitas 145 megawatt (MW) Ac atau setara 192 megawatt-peak (MWp). Proyek ini dimiliki 51 persen oleh PT PLN Nusantara Power dan perusahaan energi asal Uni Emirat Arab (UEA), Masdar, sebesar 49 persen.
Proyek Strategis Nasional (PSN) tersebut menempati area Waduk Cirata seluas 200 hektare. Adapun total luas Waduk Cirata sendiri mencapai 6.000 hektare yang terletak di Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Bandung Barat, dan Kabupaten Cianjur.
Terbangun dalam 13 blok dengan lebih dari 340 ribu solar panel, PLTS ini mampu memproduksi 245 juta kilowatt per hour (kWh) energi bersih per tahun dan mampu melistriki setara lebih dari 50 ribu rumah, serta akan menekan emisi karbon lebih dari 200 ribu ton per tahun.
Untuk menyusuri PLTS Terapung Cirata dibutuhkan speedboat khusus yang disediakan oleh PT PLN Nusantara Power. Berkeliling selama 20 menit saja sudah cukup untuk melihat dari dekat penampakan solar panel yang berjejer di atas permukaan air tersebut.
Senior Manajer PLN Nusantara Power UP Cirata, Ahmad Jalaludin, menjelaskan PLTS ini sudah diresmikan oleh Presiden Jokowi pada November 2023 lalu.
"PLTS Terapung Cirata merupakan PLTS nomor 3 terbesar di dunia dan nomor 1 di Asia Tenggara, yang di bulan November kemarin diresmikan oleh Pak Presiden," katanya saat menyambut awak media di Waduk Cirata, Jumat (13/9).
Pemerintah berencana terus meningkatkan kapasitas PLTS Terapung Cirata menjadi 500 MW. Hal ini seiring dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) memperbolehkan perluasan penggunaan waduk dan danau untuk PLTS dari 5 persen menjadi 25 persen.
Proyek ini menggunakan implementasi High Technology Floating PV dengan inovasi mengatasi kedalaman waduk menantang 80-100 meter, kemiringan 5-20 derajat, variasi level elevasi air waduk hingga 15 meter, dan penggunaan desain spesial untuk anchoring dan mooring dengan dasar waduk yang berlumpur.
Selain itu, tarif PLTS terapung Cirata yang sangat kompetitif, yakni hanya USD 5,8 sen per kilowatt per hour (kWh) dapat menurunkan biaya pokok penyediaan (BPP) listrik dan membuat PLN lebih mandiri dan mengurangi ketergantungan terhadap subsidi/ kompensasi.
PLTS terapung Cirata juga membantu masyarakat mendapatkan pasokan listrik yang lebih hijau. Bahkan membuka kesempatan kepada masyarakat untuk turut berpartisipasi dalam pengembangan energi hijau baik dengan Renewable Energy Certificate (REC) maupun perdagangan karbon.
PLTA Bawah Tanah dari Limpahan Waduk Cirata
Waduk Cirata ternyata juga menyimpan potensi energi bersih lebih besar di bawah permukaannya. Limpahan airnya berhasil dimanfaatkan menjadi Pembangkit Listrik Tenaga Air ( Read Entire Article