
JUMAT (15/8), Rich Brian merilis album terbarunya yang paling personal dan sepenuhnya digarap sesuai arah kreatifnya sendiri, Where Is My Head? melalui 88rising.
Album ini menjadi rilisan penuh pertama Rich Brian sejak 2019, sebuah karya yang jujur, reflektif dan penuh emosi sebagai cerminan perjalanan pendewasaan Brian dan evolusi kreatif selama enam tahun terakhir.
Ditulis dan sebagian besar diproduseri sendiri, Where Is My Head? merefleksikan keinginan Brian yang semakin kuat untuk mengambil kendali penuh atas arah artistiknya dan menciptakan karya yang lebih jujur secara emosional.
Album ini mengeksplorasi tema-tema seperti patah hati dan pemulihan, ambisi dan keterasingan, memori dan pencarian jati diri.
Melalui 15 lagu dalam album ini, termasuk kolaborasi dengan Toro y Moi di Body High, Charlotte Day Wilson & DAISY WORLD di Is It?, serta redveil di Bumpy Road, Brian membuka sisi paling rentan dari dirinya, dari patah hati yang menyakitkan, rasa bersalah karena melewatkan momen penting bersama keluarga, hingga pergulatannya dalam menemukan identitas di tengah benturan budaya dan ekspektasi.
Proyek ini juga mencakup beberapa lagu yang telah dirilis sebelumnya seperti Little Ray of Light, Butterfly, dan Jumpy, yang menampilkan Ski Mask The Slump God.
Masing-masing lagu ini memberikan gambaran tentang eksplorasi baru Brian dalam warna musik dan lirik yang semakin berkembang.
Bersamaan dengan peluncuran album, Brian memperkenalkan She (feat. Kuris Wells) sebagai single utama dari proyek ini. Lagu ini mengusung nuansa hip-hop alternatif santai membahas cinta, kehilangan, dan refleksi diri dengan diiringi musik melankolis yang dipadukan dengan lirik introspektif khas Brian, dan diperkuat lewat visualizer garapan sutradara Jared Hogan yang memperluas dunia sinematik album ini.
Secara konsep, Where Is My Head? memperkenalkan dua sosok dalam diri Brian, yaitu sebagai Maestro, konduktor yang menciptakan musik untuk mimpi dan Movie Brian, tokoh yang hidup tanpa sadar di dunia yang sepenuhnya diciptakan oleh Maestro.
Narasi surealis dan simbolis ini dikembangkan melalui serangkaian video musik dan visualizer yang semuanya disutradarai oleh Hogan, memberikan pengalaman yang imersif dan emosional bagi pendengar.
Lewat Where Is My Head?, Rich Brian mendefinisikan ulang arti sukses versi dirinya sendiri. Dari penggunaan synth analog hingga vokal yang lebih jujur dan terbuka, album ini memperlihatkan sisi paling rentan dan dewasa dalam perjalanan kariernya, sekaligus memperkuat ikatan dengan basis penggemarnya yang terus tumbuh di seluruh dunia.
Sebagai bagian dari kampanye visual album ini, Brian juga memperkenalkan bentuk promosi yang tak biasa: lima truk di jalanan Jakarta yang dilukis dengan wajahnya sendiri serta kutipan khas dari lagu-lagu dalam Where Is My Head?.
Dengan menghadirkan elemen visual albumnya ke ruang publik, Brian membawa semangat albumnya ke dunia nyata, mendekatkan karya musiknya dengan publik dalam cara yang segar dan tidak biasa. (Z-1)