Liputan6.com, Jakarta Setelah sukses dengan Jumbo yang menjadi film Indonesia terlaris sepanjang masa, Visinema Studios menyiapkan Panggil Aku Ayah. Film ini dibintangi Ringgo Agus Rahman, Tissa Biani, dan Sita Nursanti.
Trailer resmi film Panggil Aku Ayah telah diperkenalkan ke publik. Trailer tersebut menampilkan Dedi (Ringgo Agus Rahman) dan Tatang (Boris Bokir) harus mengasuh Intan —anak yang awalnya hanya dijadikan jaminan utang oleh ibunya, Rossa (Sita Nursanti).
Hubungan yang semula kaku berubah menjadi hangat, dipenuhi dinamika kocak, dan penuh rasa. Ringgo Agus Rahman yang meraih Piala Citra FFI 2024 untuk Pemeran Utama Pria Terbaik, berbagi cerita soal karakter Dedi.
“Dedi sangat menarik bagi saya karena kontrasnya —seorang penagih utang yang tidak punya pengalaman sebagai orang tua, tapi memilih berjuang demi anak yang bahkan tak memiliki hubungan darah dengannya,” kata Ringgo Agus Rahman.
Perubahan Dalam Diri
“Dari perjuangan itulah tumbuh perubahan dalam diri Dedi dan orang-orang di sekitarnya. Cerita ini menyentuh, tapi juga penuh momen kocak dan hangat yang membuat perjalanan mereka terasa nyata,” ia menyambung.
Diproduseri Anggia Kharisma dan Novia Puspa Sari, Panggil Aku Ayah diadaptasi dari film laris Korea Selatan Pawn. Film ini menggabungkan humor dan empati dalam cerita keluarga yang relevan sekaligus menyentuh.
Menyentuh dan Menggugah
Lewat pernyataan tertulis yang diterima Showbiz Liputan6.com, Senin (28/7/2025), Anggia Kharisma yang juga menjabat Chief Content Officer Visinema Studios menyebut Panggil Aku Ayah bagian dari komitmen Visinema Studios dalam menghadirkan cerita keluarga.
“Tak hanya menghibur, tapi menyentuh dan menggugah. Film ini mengajak kita merenungkan kembali arti rumah dan keluarga. Bahwa kasih sayang tidak selalu lahir dari ikatan darah, tapi empati, kehadiran, kepedulian, dan ketulusan cinta,” ujar Anggia Kharisma.
Karakter dan Emosi Cerita
Film Panggil Aku Ayah yang tayang di bioskop mulai 7 Agustus 2025 digarap sutradara Benni Setiawan. Dalam adaptasi ini, ia berupaya mempertahankan pesan utama, namun dihadirkan dengan konteks lokal Indonesia yang kuat.
“Dengan kualitas para pemeran yang mampu menghidupkan karakter dan emosi cerita, saya berharap penonton tidak hanya akan terhibur, tapi dapat menemukan makna baru tentang relasi keluarga,” ungkap Benni Setiawan.