Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala BKPM, Rosan Roeslani, mengakui tantangan Indonesia dalam menarik investasi kian berat. Ia menyebut persaingan tidak hanya datang dari negara-negara besar, tetapi juga dari negara tetangga atau ASEAN yang gencar menawarkan insentif untuk menarik modal asing.
“PR-nya tidak mudah. Di saat yang bersamaan kita mendapatkan laporan, kita juga berkompetisi dengan banyak negara, termasuk negara tetangga kita dalam menarik investasi ke Indonesia. Ya kalau dilihat memang persaingan untuk menarik investasi ini makin meningkat, makin tinggi,” ujar Rosan kepada wartawan di kantor Kementerian Investasi, Jakarta, Selasa (29/7).
Untuk menjaga daya tarik Indonesia di mata investor, Rosan mengungkapkan pemerintah tengah mengandalkan reformasi kebijakan, termasuk merevisi sejumlah regulasi perizinan. Rosan mencontohkan perubahan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 28 Tahun 2025 yang menggantikan PP Nomor 5 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko.
“Setelah kita melakukan beberapa kali pemaparan, presentasi, melibatkan 18 kementerian lainnya, akhirnya mereka memahami pentingnya untuk melakukan hal itu sesuai dengan peraturan dan kesepakatan yang ada,” ungkap Rosan.
Selain pembenahan aturan, Rosan menekankan pentingnya memberikan kepastian hukum dan menyiapkan talenta nasional. Apalagi, kata Rosan, potensi sumber daya di Indonesia besar.
“Kalau kita bicara potensi kan Indonesia ini, potensinya mungkin one of the best lah. Baik dari segi mineral, perkebunan, pertanian, kelautan, dan lain-lain. Tapi PR kita yang pertama apa sih? Yaitu kepastian, rule of law. Kedua, persiapan dari manusianya, rule of talent-nya, itu juga sangat-sangat penting,” ujar Rosan.
Rosan juga menyoroti perlunya langkah proaktif dalam mensosialisasikan kebijakan investasi. Menurutnya, kebijakan yang baik tidak akan optimal jika tidak dipahami oleh calon investor.
Rosan menilai kehadiran Presiden Prabowo Subianto dalam kunjungan ke berbagai negara turut membuka peluang investasi baru. Dalam kesempatan tersebut, pemerintah juga melibatkan Danantara Indonesia sebagai mitra strategis untuk menggaet investasi.