Liputan6.com, Jakarta - Ancaman tuberkulosis (TB) pada anak menjadi perhatian serius dalam upaya mencetak Generasi Emas Indonesia 2045.
Indonesia menempati posisi kedua tertinggi kasus TB di dunia, dan sekitar 135 ribu kasus terjadi pada anak umur nol s.d 14 tahun.
Kondisi ini dinilai mengancam kualitas hidup dan tumbuh kembang anak jika tidak ditangani sejak dini.
Menyikapi situasi ini, Akselerasi Puskesmas Indonesia (APKESMI) menegaskan pentingnya peran Puskesmas dalam penanganan TB anak.
Lewat Seminar dan Lokakarya (Semiloka) Nasional ke-5 di Balikpapan, Kalimantan Timur, APKESMI mendorong penguatan layanan primer sebagai garda terdepan dalam perang melawan TB.
"TB anak tidak bisa dianggap sepele. Sistem imun anak yang belum sempurna dan masalah malnutrisi membuat mereka sangat rentan. Puskesmas harus aktif bukan hanya dalam pengobatan, tapi juga edukasi, penyuluhan, dan pembentukan komunitas penyintas TB," ujar Ketua Umum APKESMI, Kusnadi, SKM., Mkes dalam keterangan resmi yang diterima Health Liputan6.com pada Senin, 28 Juli 2025.
Pengobatan TB Harus Dilakukan Sampai Tuntas
Kusnadi juga menyoroti rendahnya kesadaran masyarakat untuk memeriksakan diri saat muncul gejala TB, serta masih banyaknya pasien yang tidak menjalani pengobatan hingga tuntas. Padahal, pengobatan TB memerlukan kedisiplinan selama minimal enam bulan.
Saat ini, Puskesmas telah dilengkapi dengan alat Tes Cepat Molekuler (TCM) untuk deteksi TB, dan distribusi obat juga telah berjalan baik.
Namun, tantangan gizi tetap menjadi masalah krusial, terutama pada anak dengan TB yang mengalami malanutrisi.
Dokter Spesialis Anak, dr. Titis Prawitasari, Sp.A(K), menekankan pentingnya intervensi gizi untuk mempercepat pemulihan TB pada anak.
Dia menjelaskan bahwa malanutrisi dapat memperburuk infeksi, menurunkan daya tahan tubuh, dan meningkatkan risiko stunting.
"Anak dengan TB dan malanutrisi membutuhkan asupan gizi yang seimbang, padat energi, dan tinggi protein. Jika nafsu makan anak rendah, berat badan stagnan, atau kondisi tidak membaik, konsultasikan ke dokter spesialis anak. Pangan olahan untuk kebutuhan medis khusus (PKMK) bisa menjadi solusi pendukung," kata dr. Titis.
Ia juga mengingatkan pentingnya pemantauan pertumbuhan dan menjaga pola makan bergizi seimbang.
Orang tua memiliki peran penting dalam memastikan anak rutin menjalani pengobatan dan mendapatkan nutrisi yang cukup.
Program Quick Win Jadi Percepatan Konkret
Wakil Wali Kota Balikpapan, Dr. Ir. H. Bagus Susetyo, M.M., yang hadir mewakili Gubernur Kalimantan Timur dalam Semiloka APKESMI, menyampaikan bahwa pemerintah daerah siap mendukung transformasi layanan primer demi eliminasi TB dan peningkatan akses kesehatan.
"Transformasi layanan primer harus terintegrasi. Tidak boleh lagi ada layanan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang berjalan sendiri-sendiri. Program Quick Win seperti pendataan warga sehat, skrining penyakit tidak menular, hingga penguatan SDM dan sarana Puskesmas menjadi langkah nyata," katanya.
Dia, menambahkan, Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur terus mendorong peningkatan kapasitas Puskesmas, khususnya di wilayah perbatasan, dengan penyediaan alat kesehatan, pelatihan tenaga medis, dan kolaborasi lintas sektor.
Generasi Emas 2045 Dimulai dari Anak Sehat
Semiloka Nasional ke-5 APKESMI juga sejalan dengan tema Hari Anak Nasional 2025, yakni "Anak Hebat, Indonesia Kuat Menuju Indonesia Emas 2045".
Penguatan layanan primer dinilai menjadi fondasi penting untuk mewujudkan anak-anak Indonesia yang sehat, bebas TB, dan terbebas dari ancaman stunting.
"Jika ingin mencetak generasi emas, kita harus mulai dari anak yang sehat. Itu artinya kita harus menangani TB dengan serius, termasuk melalui pendekatan gizi dan edukasi yang menyeluruh di Puskesmas," kata Kusnadi.
APKESMI berharap, lewat forum semacam ini, kolaborasi lintas sektor dapat semakin diperkuat agar penanganan TB, khususnya pada anak, bisa lebih efektif dan berdampak nyata di lapangan.