'Wabah' Radikalisme Remaja Mulai Menjangkiti Eropa, Ini Tandanya

1 day ago 3
informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online informasi viral berita viral kabar viral liputan viral kutipan viral informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat informasi penting berita penting kabar penting liputan penting kutipan penting slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online

Jakarta, CNBC Indonesia - Jumlah remaja Prancis yang terjerat kasus dugaan terorisme kian mengkhawatirkan. Kantor Kejaksaan Anti-Teror Nasional Prancis (PNAT) mengungkap lonjakan signifikan jumlah remaja yang terseret dalam kasus dugaan terorisme dalam beberapa tahun terakhir.

Menurut data PNAT, dari hanya segelintir kasus di masa lalu, jumlah remaja yang terseret terorisme meningkat menjadi 15 kasus pada 2023. Hingga 1 Juli 2024, sudah terdapat 11 kasus serupa yang melibatkan anak usia 13 hingga 18 tahun dari berbagai wilayah di Prancis.

"Beberapa tahun lalu, hanya sedikit anak di bawah umur yang didakwa dengan pelanggaran terkait terorisme," kata juru bicara PNAT, dikutip dari AFP, Rabu (30/7/2025). "Sekarang jumlahnya meningkat tajam, dan pola yang kami lihat sangat mengkhawatirkan."

PNAT menduga keterlibatan para remaja ini banyak dipengaruhi oleh paparan konten kekerasan ekstrem di media sosial, yang kini menjadi pintu masuk menuju radikalisasi ekstrem. Mereka disebut sebagai pengguna aktif media sosial dan penggemar konten ultrakekerasan, peperangan, hingga pornografi.

"Sebagian besar dari mereka bukan pelaku kenakalan remaja sebelumnya. Mereka cenderung introvert atau berasal dari keluarga dengan latar belakang yang bermasalah," imbuh pihak kejaksaan.

Sosiolog Farhad Khosrokhavar menambahkan bahwa usia remaja adalah masa transisi yang rentan dimanfaatkan kelompok ekstrem. "Mereka belum sepenuhnya anak-anak, tapi juga belum dewasa. Kekerasan menjadi saluran untuk merasa diakui," katanya.

Laurene Renaut, peneliti yang mempelajari jaringan jihad daring, menyoroti peran algoritma media sosial dalam proses radikalisasi. Konten tersebut mencakup nyanyian perang, pemenggalan, hingga simulasi kekerasan mendatang.

"Dalam waktu kurang dari tiga jam di TikTok, remaja bisa terperangkap dalam gelembung konten ISIS," ujarnya.

Remaja Termotivasi dari Rasa Ketidakadilan

Salah satu kasus menonjol melibatkan remaja 16 tahun yang dihukum karena merencanakan serangan terhadap bar-bar sayap kanan. Ia mengaku termotivasi oleh rasa "ketidakadilan" setelah menonton video penembakan massal di masjid Selandia Baru oleh Brenton Tarrant pada 2019.

"Saya pikir tidak adil melihat pria, wanita, dan anak-anak dibantai," katanya dalam persidangan. Ia juga mengaku mulai tertarik dengan narasi jihad setelah mengakses video-video ekstremis di media sosial.

Pengadilan menjatuhkan hukuman empat tahun penjara, dua tahun di antaranya ditangguhkan. Dalam putusannya, hakim mencatat bahwa meski remaja itu tidak menunjukkan tanda radikalisasi ideologis yang mengakar, latar belakang keluarganya yang disfungsional turut berperan besar dalam pembentukannya.

"Dia pada dasarnya adalah anak yang kesepian dan baik, yang tidak punya aktivitas lain selain bermain skuter dan menghabiskan waktu di depan komputer," kata pengacaranya, Jean-Baptiste Riolacci.

Sistem hukum Prancis saat ini mengedepankan pendekatan intervensi dini dengan mendakwa remaja karena asosiasi dengan tindak terorisme. Namun, pendekatan ini menuai kritik dari sejumlah pengacara.

Pierre-Henri Baert, salah satu kuasa hukum remaja lainnya, menilai hukuman yang dijatuhkan terlalu berat. "Klien saya masih sangat muda, tidak memiliki catatan kriminal, dan hanya dituduh mengunggah konten daring," ujarnya.

Kasus lain yang menyita perhatian adalah rencana tiga remaja berusia 14 dan 15 tahun untuk meledakkan truk di depan Kedutaan Besar Israel di Belgia. Mereka terdeteksi setelah menyampaikan pernyataan radikal di sekolah dan kemudian ditemukan membawa bahan peledak rakitan. Ponsel mereka juga berisi video pembantaian.

Jennifer Cambla, pengacara salah satu terdakwa, membantah keras tuduhan tersebut. "Klien saya memang mengakses situs terlarang, tetapi tidak ada bukti bahwa dia merencanakan serangan nyata," tegasnya.

Namun, beberapa pengacara lain menilai proses hukum bisa menjadi titik balik, meski ia mengakui prosesnya traumatis, seperti penangkapan oleh pasukan khusus bersenjata. "Menangkap mereka saat masih remaja bisa menyelamatkan masa depan mereka," kata seorang pengacara anonim.

Setelah ditangkap, para remaja ini ditempatkan dalam pengawasan ketat, dilarang mengakses media sosial, wajib menemui terapis, dan diarahkan kembali ke kegiatan positif seperti olahraga.

Namun keberhasilan pendekatan ini masih dipertanyakan. "Mereka mungkin tampak seperti sudah dideradikalisasi, tapi belum ada jaminan bahwa mereka tidak akan kembali tertarik pada ide-ide ekstremis," ujar salah satu sumber pengadilan.


(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article Video: Serangan Bom Mematikan Terjadi di Thailand, 5 Orang Tewas

Read Entire Article