Liputan6.com, Jakarta - Baru-baru ini WhatsApp telah melakukan pengujian terhadap fitur baru untuk mengimpor foto profil dari aplikasi jejaring media sosial milik Meta, seperti Instagram dan Facebook.
Pengimporan foto profil dari database media sosial di atas, membuat pengguna merasa lebih mudah dalam menentukan tingkat estetika foto.
Mengutip GSMArena, Selasa (29/7/2025) pengujian ini digulirkan pada WhatsApp versi beta 2.25.21.23 untuk beberapa pengguna Android.
Adapun sejumlah fitur baru yang dibagikan di antaranya merupakan pengambilan foto profil dari gambar hasil AI dan tangkapan kamera ponsel.
Selain itu, WhatsApp disinyalir juga tengah mengembangkan fitur avatar khusus yang sedang booming.
Menurut laporan dari WABetaInfo, fitur ini tidak akan mengganggu privasi dan keamanan pengguna, karena sejatinya fitur ini dapat diaktifkan dan dinonaktifkan secara manual.
Sejauh ini, fitur impor foto profil hanya tersedia untuk versi beta dari aplikasi Android. Belum ada rencana pasti, kapan fitur ini akan dirilis untuk pengguna di versi stabil.
Bahaya Tersembunyi WhatsApp
Di sisi lain, terdapat bahaya tersembunyi di WhatsApp, yang mengintai dalam metadata (data pribadi pengguna) seperti lokasi, waktu interaksi, dan frekuensi penggunaan masih dikumpulkan untuk kepentingan analitik dan iklan.
Sebagai contoh, WhatsApp memang melindungi isi pesan, namun sebagai bagian dari Meta, platform ini tetap mengumpulkan data aktivitas pengguna.
Data tersebut juga bisa diberikan kepada pihak berwenang jika diminta secara legal, terutama di negara-negara dengan regulasi pengawasan ketat.
Di beberapa negara, hanya dengan metadata saja, pemerintah bisa menyusun pola aktivitas seseorang secara detail, yang sangat berisiko bagi jurnalis, aktivis, atau tokoh oposisi.
Meskipun enkripsi end-to-end memang melindungi isi pesan dari penyadapan langsung, tapi hal ini tidak menyentuh aspek metadata yang tak kalah penting.
Mengutip Gizchina, Senin (28/7/2025), sistem enkripsi tidak menyembunyikan informasi krusial seperti siapa orang yang kamu ajak bicara, kapan komunikasi terjadi, berapa lama berlangsung, hingga seberapa sering interaksi itu terjadi.
Dengan demikian, metadata tersebut bisa menjadi alat pelacak yang jauh lebih kuat dan berbahaya dibandingkan isi pesan itu sendiri.
Pengamanan Data Secara Pribadi Lebih Efektif
Keamanan digital sejati bukan hanya soal teknologi enkripsi. Hal ini menyangkut siapa yang menjalankan platform, di negara mana mereka berbasis, dan bagaimana mereka merespons tekanan eksternal.
Di era digital seperti sekarang, memahami keamanan digital bukan lagi sekadar memahami fitur aplikasi. Yang dibutuhkan adalah kesadaran akan struktur kekuasaan, kepemilikan, dan kebijakan di balik aplikasi yang kita gunakan setiap hari.
Pengguna harus lebih waspada, aktif mencari informasi, dan tidak mudah percaya pada label “aman” tanpa melihat siapa yang mengontrol ruang digital tersebut.
Di balik teknologi canggih seperti WhatsApp, ternyata masih banyak celah tersembunyi yang dapat membahayakan privasi pengguna.
Oleh karena itu, menjaga data pribadi dengan tidak overshare apa yang tidak perlu ke publik harus dilakukan demi menjaga keamanan data.
Selain itu, kamu sebagai pengguna juga dapat menyalakan two factor authentication untuk mempersulit akses masuk dari orang yang tidak di inginkan.