Liputan6.com, Jakarta - Kedatangan era komputer kuantum membawa tantangan sekaligus peluang signifikan bagi dunia keamanan siber.
Di tengah kemajuan teknologi yang pesat, organisasi atau perusahaan kini dituntut untuk mempersiapkan diri menghadapi pergesinan fundamental dalam cara mengamankan aplikasi dan data mereka.
Kemampuan komputasi kuantum yang jauh melampaui komputer klasik diprediksi akan membuat metode kriptografi tradisional usang, membuka celah bagi serangan siber yang lebih canggih.
"Ancaman post-quantum bukanlah masalah di masa depan yang jauh, justru menjadi pendorong bagi kita untuk segera memodernisasi keamanan siber," ujar Chief Innovation Officer di F5, Kunal Anand, dalam keterangan resminya, Senin (28/7/2025).
"Platform kami menjadikan adopsi Post-Quantum Cryptography (PQC) lebih praktis sehingga perusahaan dapat mempersiapkan aplikasi, API, dan model kepercayaan mereka untuk masa depan tanpa harus memperlambat laju bisnis," klaimnya.
Menurut laporan Gartner, kemajuan dalam komputasi kuantum diperkirakan akan membuat kriptografi asimetris tidak lagi aman pada tahun 2029, dan bahkan dapat sepenuhnya diretas pada tahun 2034.
Proyeksi ini menggarisbawahi urgensi bagi departemen IT untuk segera mengadopsi solusi keamanan yang tahan terhadap ancaman kuantum, seperti PQC.