Liputan6.com, Jakarta - Meta kembali menunjukkan ambisinya di dunia realitas virtual (VR) dengan memperkenalkan beberapa prototipe headset terbaru yang diklaim membawa lompatan besar dalam pengalaman imersif.
Mengutip The Verge, Senin (11/8/2025), perangkat ini dipamerkan menjelang konferensi SIGGRAPH 2025 dan menampilkan teknologi yang belum pernah ada di lini headset konsumen mereka sebelumnya.
Salah satu model yang paling mencuri perhatian adalah headset VR bernama “Tiramisu”.
Meta menyebut Headset VR Tiramisu sebagai “tonggak baru untuk realisme VR”, berkat kontras tiga kali lebih tinggi dibanding Meta Quest 3, resolusi sudut 90 piksel per derajat (3,6 kali lipat Quest 3), dan tingkat kecerahan mencapai 1.400 nits atau 14 kali lebih terang dari Quest 3.
Meski begitu, ada konsekuensi dari peningkatan ini. Tiramisu dikatakan lebih besar dan berat dibandingkan headset konsumen yang beredar saat ini, serta memiliki bidang pandang (field of view/FOV) terbatas.
Namun, Meta mengklaim Tiramisu merupakan perangkat VR yang “paling mendekati pengalaman visual yang lolos uji Turing visual” hingga sekarang.
Boba 3 Hadir dengan Bidang Pandang Super Luas
Selain Tiramisu, Meta juga memperkenalkan dua headset lain yang diberi nama “Boba 3” dan “Boba 3 VR”.
Keduanya menawarkan FOV yang sangat lebar, jauh melampaui Quest 3.
Quest 3 memiliki FOV horizontal 110 derajat dan vertikal 96 derajat, maka Boba 3 mampu menghadirkan FOV horizontal 180 derajat dan vertikal 120 derajat.
Angka ini membuatnya semakin mendekati FOV alami sistem penglihatan manusia yang berkisar di angka 200 derajat secara horizontal.
Untuk kualitas visual, kedua varian Boba 3 ini menggunakan teknologi layar yang sudah diproduksi massal dengan lensa serupa milik Quest 3.
Resolusinya pun mengesankan, mencapai 4K x 4K per mata. Sebagai perbandingan, prototipe sebelumnya, Boba 2, hanya memiliki resolusi 3K x 3K per mata, sementara Boba 1 di angka 2K x 1K per mata.
Pengalaman VR yang Makin Imersif dan Natural
Peningkatan yang dibawa oleh Boba 3 tidak hanya sekadar terlihat pada spesifikasi di atas kertas, tetapi juga memberi dampak nyata pada pengalaman pengguna.
Dengan bidang pandang (FOV) yang jauh lebih luas dibandingkan headset VR konsumen saat ini, sensasi yang dihadirkan terasa lebih natural dan imersif, hampir menyerupai cara mata manusia memandang dunia nyata.
Keunggulan ini menjadikannya teknologi yang sangat relevan untuk berbagai skenario masa depan, mulai dari hiburan, simulasi pelatihan yang realistis, hingga interaksi sosial di dunia virtual.
Meta menegaskan bahwa seluruh prototipe ini masih berada dalam tahap riset dan pengembangan.
Meski belum pasti dirilis ke publik, inovasi ini memberi gambaran jelas tentang masa depan headset yang lebih realistis, nyaman, dan memanjakan mata pengguna.
Masa Depan VR di Mata Meta
Acara SIGGRAPH 2025 menjadi panggung utama bagi Meta untuk memamerkan visi tersebut.
Meski belum ada informasi kapan atau apakah headset-headset ini akan dirilis ke pasar, antusiasme di kalangan pecinta VR dan pengembang teknologi jelas meningkat.
Meta menekankan bahwa prototipe ini menunjukkan apa yang bisa dicapai jika tantangan teknis dapat diatasi, termasuk ukuran perangkat, bobot, dan konsumsi daya.
Dengan kemajuan ini, bukan tidak mungkin dalam beberapa tahun ke depan, pengguna akan merasakan pengalaman VR yang benar-benar sulit dibedakan dari dunia nyata.
“Ini adalah langkah besar menuju pengalaman visual yang terasa alami bagi otak manusia,” tulis Meta dalam blog resminya, memberi sinyal bahwa era VR super-realistis mungkin sudah semakin dekat.