Liputan6.com, Jakarta - OpenAI memperkenalkan fitur baru di ChatGPT yang akan mengingatkan pengguna untuk beristirahat jika sudah terlalu lama mengobrol dengan AI tersebut.
Disebutkan, fitur baru ChatGPT ini disebut sebagai upaya menciptakan hubungan yang lebih sehat antara manusia dan chatbot buatan.
Mengutip Engadget, Senin (11/8/2025), fitur ini berupa pop-up bertajuk “Just Checking In” yang muncul secara otomatis saat pengguna terdeteksi terlalu lama berinteraksi dengan ChatGPT.
“Sudah cukup lama Anda berbincang. Apakah ini saat tepat untuk beristirahat?” begitu bunyi salah satu contoh pesan pengingat dari sistem.
OpenAI mengatakan, fitur peduli kesehatan mental ChatGPT ini merupakan bagian dari komitmen mereka dalam menangani kekhawatiran terkait dampak penggunaan AI terhadap kesehatan mental pengguna.
Pop-up tersebut harus diklik oleh pengguna jika ingin melanjutkan sesi chat, mirip seperti pengingat waktu bermain biasa muncul di konsol game seperti Nintendo Wii dan Switch.
Masalah Serius di Balik Fitur 'Sederhana' Ini
Meski tampak sepele, fitur pengingat istirahat ditambahkan OpenAI pada ChatGPT ternyata berangkat dari persoalan serius yang melibatkan isu kesehatan mental.
Mengutip The New York Times, sejumlah laporan menyebutkan ChatGPT sempat membawa beberapa pengguna ke arah pemikiran gelap, termasuk dorongan untuk menyakiti diri sendiri.
Sebagian dari kasus ini melibatkan pengguna dengan riwayat gangguan mental yang sebelumnya sudah rentan secara emosional.
Namun, alih-alih menghentikan atau mengalihkan arah percakapan, ChatGPT justru terlibat terlalu dalam dan memperkuat ilusi serta pikiran negatif mereka.
Hal ini memunculkan kekhawatiran serius akan peran AI dalam percakapan sensitif. OpenAI pun mengakui adanya kekurangan sistem dalam menghadapi skenario seperti ini.
Perusahaan menyatakan sedang melakukan pembaruan agar ChatGPT tidak gegabah dalam merespons isu personal yang berisiko tinggi, terutama yang berkaitan dengan kondisi mental penggunanya.
AI Lebih Hati-Hati Hadapi Keputusan Hidup Pengguna
Sebagai tindak lanjut dari kekhawatiran atas interaksi AI yang terlalu dalam dengan pengguna, OpenAI kini mengubah pendekatan ChatGPT dalam menangani topik sensitif atau keputusan hidup berskala besar.
Ke depan, ChatGPT tidak akan lagi secara langsung memberikan jawaban atas pertanyaan yang menyangkut high-stakes personal decisions, seperti permasalahan mental, konflik hubungan, hingga keputusan besar lainnya dalam kehidupan seseorang.
Sebagai gantinya, AI akan diarahkan untuk membantu pengguna memikirkan solusi dengan pendekatan yang lebih rasional dan reflektif.
Bentuk bantuannya meliputi daftar pro dan kontra, pertanyaan pemantik berpikir, serta panduan langkah-langkah pengambilan keputusan.
Langkah ini diambil agar pengguna tidak serta-merta mengandalkan jawaban AI tanpa mempertimbangkan konteks pribadi secara menyeluruh.
OpenAI berharap pendekatan ini bisa menekan risiko pengguna mengambil keputusan gegabah hanya berdasarkan rekomendasi AI.
Fitur pengingat istirahat juga menjadi bagian dari strategi ini, agar pengguna tidak terlalu larut dalam percakapan panjang dan dapat mengambil waktu untuk berpikir lebih jernih.
Harapan Baru, Tapi AI Bukan Pengganti Psikolog
OpenAI juga menyadari bahwa AI yang terlalu “penurut” justru bisa berbahaya. Pada April lalu, mereka bahkan menarik pembaruan ChatGPT karena dinilai terlalu menyenangkan dan selalu setuju, sehingga tidak lagi objektif.
Dengan adanya pengingat untuk beristirahat, pengguna bisa punya waktu mengevaluasi ulang percakapan dan memeriksa apakah jawaban AI valid atau menyesatkan.
“Dengan mengambil jeda, pengguna bisa menilai kembali apakah informasi yang diberikan AI benar atau hanya ilusi yang meyakinkan,” tulis OpenAI.
Langkah ini juga dipandang sebagai upaya jangka panjang untuk membangun kembali kepercayaan publik terhadap AI.
Apalagi, makin banyak pengguna yang menggunakan ChatGPT untuk konsultasi pribadi, padahal itu semestinya menjadi domain tenaga profesional.
OpenAI menegaskan, meskipun AI bisa menjadi alat bantu, ia tidak akan pernah menggantikan peran konselor atau psikolog.
Mereka berharap, ke depan ChatGPT akan menjadi teknologi yang lebih aman dan bertanggung jawab digunakan.