ROY Suryo, Rismon Hasiholan Sianipar, dan Tifauzia Tiyassuma alias dokter Tifa mengatakan mereka akan mendistribusikan buku Jokowi's White Paper tak hanya di Indonesia.
Buku yang diluncurkan pada 18 Agustus di Yogyakarta dan disusul tanggal 27 Agustus 2025 di Jakarta itu, membedah dugaan kejanggalan skripsi hingga ijazah mantan Presiden Joko Widodo atau Jokowi dengan berbagai metode.
Scroll ke bawah untuk melanjutkan membaca
"Kami akan segera mengedarkan buku ini ke 25 negara melalui jaringan diaspora," kata dokter Tifa, salah satu penulis buku itu saat ditemui di University Club Kampus Universitas Gadjah Mada (UC UGM) Yogyakarta, Senin.
Tifa mengatakan buku itu dibuat dalam dua versi sehingga mudah dibaca khalayak. Yang pertama adalah versi collection atau cetak reguler dan yang kedua versi e-book.
Selain jaringan di 25 negara, kata Tifa, buku setebal 700 halaman itu juga ditarget menjadi koleksi di 4.000 perpustakaan kampus di Tanah Air. Serta berbagai lembaga pendidikan, pesantren, dan lembaga literasi.
Tifa menjelaskan, buku putih ini sesuai judulnya diharapkan dapat menerangi hati semua orang yang mau menerima kebenaran. "Maka, white paper dalam buku ini ibarat membuka diri manusia yang paling superficial, yang luarnya ditutupi kulit, yang bisa putih karena skincare, yang diubah dari hitam jadi putih, yang dibaliknya ada lapisan lemak, lapisan otot, lalu tulang, di tengahnya ada sumsum tulang, itulah makna white paper," kata dia.
Adapun Tifa mengaku tak gentar meski saat ini statusnya sedang dilaporkan pihak Jokowi di Kepolisian Daerah Metro Jaya. "Kami tahu jika kami bertiga (dengan Roy Suryo dan Rismon) sekarang ini proses hukumnya sudah naik dari penyelidikan ke penyelidikan. Apakah kami takut? Tidak," kata dia.
Tifa lantas menyinggung soal pendingin udara dan lampu di Coffee Shop UC UGM yang dimatikan mendadak oleh manajemen kafe itu saat acara baru mulai berlangsung. "Jika kebenaran itu sudah mengeluarkan dirinya, tidak ada lagi yang bisa untuk membungkamnya. Walaupun Rektor UGM meminta AC dan lampu dimatikan kami tidak akan kepanasan," kata dia.
Adapun Sekretaris Jenderal Forum Diaspora Indonesia (FDI) Agus Yunanto yang turut hadir dalam peluncuran buku itu mengatakan buku itu sementara akan dibuat dalam dua bahasa, Bahasa Inggris dan Indonesia. "Selain distribusi ke 25 negara, buku itu akan kami kirimkan kepada kantor Human Right Watch di lima negara," kata dia.
Agus mengungkap, lembaga seperti Amnesti Internasional yang berada di dua negara dan tiga orang senator di Amerika serta Persatuan Bangsa-Bangsa juga dipastikan menerima buku itu.
"Kami juga mulai menghubungi YouTuber-YouTuber internasional yang memang sangat konsen dengan masalah pemalsuan-pemalsuan identitas. Kami mengirim buku ini kepada kantor-kantor berita internasional Reuters, BBC, dan CNBC," kata dia.