Roy Suryo, Rismon Hasiholan Sianipar, dan Tifauzia Tiyassuma alias dokter Tifa meluncurkan buku bertajuk Jokowi's White Paper di Kompleks University Club Kampus Universitas Gadjah Mada (UC UGM) Yogyakarta, Senin 18 Agustus 2025.
Buku setebal 700 halaman itu mengulas berbagai kejanggalan status mantan Presiden Indonesia Joko Widodo atau Jokowi dengan almamater UGM. Mulai dari soal masa kuliah, skripsi, hingga ijazah yang disebut mereka fiktif alias palsu. Buku itu terbagi tak kurang 25 cluster yang ditulis oleh ketiga alumnus UGM itu.
Scroll ke bawah untuk melanjutkan membaca
Salah satu penulis buku itu, Rismon Sianipar menuturkan salah satu yang diulas mendalam dalam buku itu tak lain skripsi Jokowi yang ia sebut janggal dan tidak layak disebut sebagai skripsi.
Sebab dalam skripsi itu sebenarnya tak ada lembar pengesahan oleh otoritas terkait, yakni Fakultas Kehutanan UGM tempat Jokowi kuliah.
Tak hanya skripsi, Rismon mengatakan kejanggalan ijazah Jokowi juga ditelusuri dan diulas. Terutama dari file yang pernah diunggah Dian Sandi Utama, kader Partai Solidaritas Indonesia atau PSI asal Lombok, Nusa Tenggara Barat, pada April 2025 lalu.
Untuk membuktikan keraguan atas unggahan ijazah yang diklaim asli itu, pihaknya menggunakan metode yang disebut ELA atau error level analysis. Metode ini dipakai untuk menguji sebaran kompresi di sebuah file yang berbentuk JPG. "Kami berhasil buktikan foto ijazah Jokowi yang diunggah itu tidak asli dengan metode ELA," kata dia.
Dari analisa itu, Rismon mengklaim, diketahui ada kejanggalan pada aspek orisinalitas file itu sebagai objek gambar. Baik dari sisi adaptive, brightness, scaling, hingga faktor contrast-limited.
"Kami mendapati pada file ijazah yang diklaim itu, ada sebaran-sebaran yang sangat dicurigai merupakan tempelan-tempelan secara digital," kata dia.
Selain itu, menurutnya juga terdapat unsur overlapping detection dalam ijazah itu. Berupa reposisi yang buruk watermark logo UGM hingga tanda tangan pengesahannya.
Ia pun telah membandingkan ijazah Jokowi itu dengan ijazah alumni UGM lain seperti Hari Mulyono, Pronojiwo, dan Srimurtiningsih.
"Overlapping detection ijazah Jokowi itu ada pada ruang warna, hue, saturation, and value. Karena hue, saturation, and value itu berbeda dengan ruang warna RGB (red, green , blue). Di situ, representasi hue, saturation, and value bisa menangkap intensitas yang jauh lebih kuat daripada di ruang warna RGB yang cenderung menyebar," kata dia.
Dalam buku itu, Rismon mengatakan juga dibeberkan analisis lapisan visual terhadap dokumen foto ijazah yang diklaim asli. Dari analisa lapisan visual yang dibandingkan dengan ijazah Pronojiwo itu, kata Rismon, pada pengesahannya, terdapat kejanggalan.
"Pada ijazah Pronojiwo dan lainnya itu huruf dulu (pengesahan) baru ditimpa watermark logo UGM. Sementara di ijasah Joko Widodo, itu watermark dulu, baru huruf. Artinya gampang diedit ya, kalau seharusnya watermark itu dipakai untuk mengunci supaya tidak gampang diedit, seperti yang kita temukan di uang rupiah kita," kata dia.
Tak hanya itu, dalam buku itu turut mengulas skripsi Jokowi dengan uji proportional spacing dan kerning.
Metode ini meneliti obyek obyek gambar seperti lambar pengesahan, tandatangan pembimbing skripsi dan dekan, yang dokumennya difoto oleh Roy Suryo pada 15 April 2015.
"Sebenarnya hasil ini akan lebih akurat jika kita dapatkan kesempatan untuk langsung menscan dengan resolusi tinggi, tapi itu tidak mungkin terjadi ya, karena skripsi Joko Widodo sekarang sedang entah ada di mana," kata dia.
Hasil dari pemotretan tersebut lalu dilakukan uji proportional spacing dan kerning. Uji ini, kata Rismon.adalah dua ciri yang didapati dalam dokumen digital, walaupun sudah dipindai bisa terdeteksi.
"Proportional spacing adalah ruang adaptif, ya, berubah-ubah untuk tiap huruf. Sementara kerning adalah ruang adaptif yang berubah-ubah antar huruf dan kata atau string," kata dia.
Metode itu lalu diimplementasikan dengan langkah OCR (Optical Character Recognition).
"Kami bandingkan, dan terkonfirmasi bahwa dua ciri proportional spacing dan kerning tersebut ada di lembar pengesahan skripsi Jokowi Widodo yang tidak mungkin ada pada tahun 1985, karena proportional spacing dan kerning ini hanya dijumpai dari sebuah dokumen yang diproduksi dengan teknologi word processor," ujarnya.
Lalu berikutnya dilakukan uji overlay. Uji overlay ini dilakukan dengan implementasi difference map, dengan deskriptor SIFT (Scale-Invariant Feature Transform), dan dengan deskriptor BRIEF, yaitu Binary Robust Independent Scalable Keypoints.
Yang perlu dicapai di uji overlay ini, kata Rismon, lembar pengesahan skripsi Jokowi direkonstruksi dengan word dokumen tahun 2025.
"Lalu saya cocokkan huruf demi huruf, kata demi kata, menggunakan teknik overlay. Jadi didapatkan 90% kecocokan bahwa hasil rekonstruksi dengan word dokumen itu cocok dengan apa yang ada di lembar pengesahan Jokowi," kata dia.
Yang berikutnya, uji dilanjutkan dengan gradient analisis untuk memvisualisasi bahwa tidak adanya lintasan stempel di ijazah atau di foto ijazah Jokowi. Selanjutnya, dilakukan analisis glip untuk menganalisis bentuk huruf yang menjadi komplementer dari uji overlay.
Dari situ dilakukan dengan sejumlah pengujian seperti noise pattern analisis untuk mengetahui nentuk cetakan ijasah apakah dari tinta inkjet, laserjet, ketik manual, maupun, lainnya.
"Kami mengonfirmasi bahwa lembar pengesahan skripsi Jokowi, pembimbing, itu adalah produk dari word dokumen yang belum ada saat zaman itu," kata dia.
Sebelumnya, mantan Presiden Jokowi dalam reuni Fakultas Kehutanan UGM angkatan 1980 menyatakan keheranannya dengan tudingan ijazah palsu dan kini kasusnya bergulir di ranah hukum.
"Saya ini kadang-kadang juga geleng-geleng, aduh, (polemik ijazah) ini tak masuk logika, tapi di lapangan kejadiannya, peristiwanya, seperti yang kita lihat," kata dia pada Sabtu, 26 Juli 2025.