Jakarta (ANTARA) - Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) menilai, potensi masuknya penanaman modal asing (PMA) ke Indonesia cukup besar, terutama jika kesepakatan tarif resiprokal Indonesia-Amerika Serikat (AS) bisa ditekan lebih rendah dibandingkan negara-negara pesaing.
Ketua Umum Apindo Shinta W. Kamdani mengatakan, apabila tarif resiprokal Indonesia-AS lebih rendah dibanding negara-negara seperti Vietnam dan Bangladesh yang menjadi pesaing di industri tekstil dan produk tekstil (TPT), maka bukan tidak mungkin akan terjadi relokasi investasi ke sektor tersebut.
“Kalau memang kita bisa lebih kompetitif (dari segi kesepakatan tarif dengan AS), tidak menutup kemungkinan kita ada juga relokasi investasi untuk industri ini. Seperti China, saya rasa juga sudah ada beberapa yang mulai masuk investasi TPT,” kata Shinta di Jakarta, Selasa.
Selain industri TPT, Shinta juga melihat adanya potensi besar pada sektor data center untuk menarik investasi baru. Peluang investasi juga terbuka untuk masuk di sektor hilirisasi mineral seiring dengan adanya kesepakatan dagang antara Indonesia-AS.
Shinta menyampaikan, Apindo akan terus mengonsolidasikan pelaku ekspor lintas sektor untuk mengkaji dampak dan potensi kesepakatan dagang, serta merumuskan masukan teknis melalui forum sektoral guna mendorong ekspor produk-produk yang tidak diproduksi AS.
Menurutnya, keberhasilan diplomasi luar negeri harus diiringi pembenahan struktural dalam negeri. Daya saing ekspor dan investasi tidak cukup hanya bertumpu pada insentif tarif, tetapi juga menuntut kepastian hukum, efisiensi logistik, biaya energi dan tenaga kerja yang kompetitif, serta regulasi yang mendukung dunia usaha.
“Reformasi struktural khususnya di sektor padat karya adalah syarat mutlak untuk kita bisa memperkuat fondasi ekonomi nasional,” kata Shinta.
Selain hubungan dagang dengan AS, Apindo juga menyoroti pentingnya optimalisasi perjanjian Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA).
Pasar Uni Eropa dinilai sangat besar dan strategis bagi peningkatan ekspor Indonesia, terutama produk padat karya seperti TPT, alas kaki, furnitur, dan lainnya. Dari sisi investasi, catat Shinta, Uni Eropa juga merupakan salah satu sumber PMA terbesar bagi Indonesia.
Untuk itu, Apindo terus mendorong business matching dan menjalin koneksi dengan pelaku usaha Eropa, seperti Prancis, Jerman, dan Belanda, guna mengidentifikasi sektor-sektor potensial untuk investasi masuk. Menurut Shinta, masa transisi sebelum perjanjian IEU-CEPA berlaku resmi merupakan momentum strategis yang harus dimanfaatkan secara cepat.
Pada saat yang sama, pekerjaan rumah seperti deregulasi dan perizinan tetap harus diselesaikan agar Indonesia makin kompetitif dalam menarik investasi. Selain itu, Apindo menyoroti pentingnya perbaikan incremental capital-output ratio (ICOR) sebagai bagian dari upaya meningkatkan efisiensi investasi nasional.
“Jadi ini semua dengan model investasi yang masuk juga berkaitan, termasuk juga dengan cost untuk mendapatkan investasi tersebut. Makanya kita selalu mengatakan bahwa (perbaikan) ICOR adalah kunci buat Indonesia bisa lebih kompetitif,” kata Shinta.
Adapun realisasi investasi pada triwulan II 2025 mencapai Rp477,7 triliun atau meningkat 11,5 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya, berdasarkan catatan Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM.
Kontribusi penanaman modal asing (PMA) triwulan II 2025 sebesar Rp202,2 triliun, sedangkan kontribusi penanaman modal dalam negeri (PMDN) sebesar Rp275,5 triliun.
Lima besar negara realisasi investasi PMA triwulan II 2025 antara lain Singapura 4,2 miliar dolar AS, Hong Kong, RRT 2,3 miliar dolar AS, Republik Rakyat Tiongkok (RRT) 1,8 miliar dolar AS, Amerika Serikat 0,8 miliar dolar AS, serta Malaysia 0,7 miliar dolar AS.
Baca juga: Realisasi investasi bidang hilirisasi kuartal II capai Rp144,5 triliun
Baca juga: Hilirisasi batu bara jadi proyek prioritas dengan nilai Rp164 triliun
Baca juga: Singapura jadi negara penyumbang PMA terbesar DKI
Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.