Jakarta (ANTARA) - Kepala Ekonom Trimegah Sekuritas Indonesia Fakhrul Fulvian mengatakan pasar keuangan merespons positif atau menerima dengan baik hasil kesepakatan perdagangan antara Indonesia dan Amerika Serikat (AS).
Hal ini tecermin dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang naik 3,68 persen sejak 22 hingga 28 Juli 2025, seiring diterbitkannya Joint Statement kesepakatan dagang Indonesia-AS pada 22 Juli 2025.
Pada Selasa ini, IHSG dibuka menguat 11,02 poin atau 0,14 persen ke posisi 7.625,79.
"Hasil kesepakatan dagang ini sudah membuat kita terhindar dari kemungkinan terburuk dari ketidakpastian berkepanjangan," kata Fakhrul dalam keterangannya di Jakarta, Selasa.
Meski muncul sejumlah pertanyaan terkait pembelian barang dari AS, ia menilai bahwa hal ini netral dari sisi neraca dagang.
Menurutnya, dampak utama dari pembelian pesawat dan produk pertanian hanyalah pergeseran vendor dari negara lain ke AS.
"Kita harus paham, ini kondisinya berat. Re-wiring impor kita dari negara lain ke Amerika Serikat harus dilakukan," kata Fakhrul.
Terlepas dari hasil perjanjian dagang dengan AS, Fakhrul turut mengingatkan bahwa Indonesia harus mengoptimalkan prospek IEU-CEPA (Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement) agar akses pasar Indonesia ke negara lain, terutama Uni Eropa, tetap terjaga.
Terkait pertukaran data dengan (AS), ia mengingatkan bahwa kepentingan rakyat Indonesia harus tetap diutamakan.
Mengingat data adalah masa depan perekonomian dunia, Indonesia perlu menjaga ketahanan nasional sambil mencari implementasi yang bersifat win-win dengan mitra dagang.
Setelah kesepakatan dagang, Fakhrul menilai terdapat tiga hal yang perlu diperhatikan untuk mendorong perbaikan ekonomi antara lain percepatan belanja pemerintah dan insentif, penerbitan Dim Sum Bond dan Kangaroo Bond dalam mata uang yuan Tiongkok (RMB) dan dolar Australia (AUD) untuk mendukung likuiditas nasional, serta keberlanjutan pemotongan suku bunga oleh Bank Indonesia.
Sebelumnya tarif impor atas produk Indonesia ke AS mencapai 32 persen, namun kini telah diturunkan menjadi 19 persen.
Melalui Joint Statement terkait perjanjian perdagangan resiprokal yang diumumkan di laman resmi Gedung Putih, Selasa (22/7/2025), Indonesia dan AS sepakat untuk menghapus 99 persen hambatan tarif untuk berbagai produk industri dan pertanian asal AS.
Sebagai imbalannya, AS akan menetapkan tarif timbal balik sebesar 19 persen bagi produk Indonesia, dan membuka peluang pengurangan lebih lanjut terhadap komoditas yang tidak tersedia di pasar domestik mereka.
Tak hanya itu, kedua negara juga bersepakat menghapus hambatan non-tarif, termasuk pembebasan persyaratan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) untuk sejumlah barang asal AS, serta pengakuan sertifikasi FDA untuk produk kesehatan dan farmasi.
Dalam perdagangan digital, Indonesia menyatakan komitmen untuk memberi kepastian soal transfer data lintas batas dan mendukung moratorium bea masuk atas transmisi elektronik di forum WTO.
Baca juga: OJK siap dukung kebijakan pemerintah terkait kesepakatan tarif AS
Baca juga: Sri Mulyani: Kesepakatan tarif dagang AS mendorong kinerja sektoral RI
Baca juga: Rupiah berpotensi menguat seiring harapan kesepakatan tarif dengan AS
Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.