Lampung Geh, Bandar Lampung – Pemerintah Provinsi Lampung merencanakan migrasi lahan singkong seluas 20.000 hektare ke tanaman jagung dan padi gogo mulai tahun ini.
Kebijakan ini diambil menyusul tidak stabilnya harga singkong dan produk turunannya, serta upaya memperkuat ketahanan pangan dengan mengembangkan komoditas strategis.
Kebijakan ini juga digagas dengan menyesuaikan kondisi lahan, ketersediaan air, serta pola bertani masyarakat yang dinilai lebih cocok mengembangkan komoditas pangan selain singkong.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Tanaman Pangan, dan Hortikultura (KPTPH) Provinsi Lampung, Elvira Umihanni mengatakan, sebagian petani di daerah itu telah terbiasa menanam singkong dalam jangka panjang.
Karena itu, transisi ke jagung maupun padi gogo membutuhkan peningkatan kapasitas dan dukungan teknis.
“Kalau diminta beralih ke jagung, harus ada peningkatan kapasitasnya dulu. Kami sudah bersurat ke balai pelatihan pertanian, dan mereka bersedia mendukung pelatihan bagi penyuluh maupun petani,” ujar Elvira saat diwawancarai pada Selasa (16/9).
Elvira menjelaskan, jagung memiliki masa tanam lebih singkat, sekitar 3–4 bulan, dengan perawatan lebih intensif dibandingkan singkong yang baru bisa dipanen setelah 10 bulan. Perbedaan karakteristik ini berdampak pada kebutuhan permodalan petani.
Untuk itu, Gubernur Lampung Rahmat Mirzani Djausal meminta Bank Lampung menyalurkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) mikro khusus bagi petani yang berminat beralih dari singkong ke jagung.
“Walaupun di lapangan petani ada juga yang sudah meminjam ke bank lain, Pak Gubernur mengarahkan agar Bank Lampung memberikan kemudahan bagi petani yang mau beralih,” jelas Elvira.
Selain mendorong migrasi tanaman, pemerintah daerah juga menyiapkan langkah pemulihan pasca banjir di sejumlah kawasan pertanian.
Lahan sawah yang masih dalam kondisi standing crop atau belum memasuki masa panen akan dilakukan percepatan tanam kembali untuk menekan kerugian petani.
Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) turut memperbaiki sejumlah fasilitas pendukung pertanian, seperti penguatan pondasi irigasi, normalisasi aliran, pengangkatan sedimentasi, dan perbaikan pintu air.
“Meskipun di beberapa titik belum bisa dibenahi karena keterbatasan anggaran, langkah-langkah pencegahan sudah dilakukan agar jebol irigasi tidak terulang,” jelas Elvira.
Pemprov Lampung berharap program alih tanaman ini mampu meningkatkan produktivitas pertanian, terutama jagung yang menjadi salah satu komoditas unggulan nasional, sekaligus memperkuat posisi Lampung sebagai lumbung pangan Indonesia. (Cha/Put)