Jakarta (ANTARA) - Kepala Ekonom Permata Bank Josua Pardede mengatakan penguatan nilai tukar (kurs) rupiah dipengaruhi data Job Openings and Labor Turnover Survey (JOLTS) Amerika Serikat (AS) di bawah perkiraan.
“Rupiah diperkirakan menguat terbatas sejalan dengan potensi melemahnya data ketenagakerjaan AS, dalam hal ini JOLTS Job Openings,” katanya kepada ANTARA di Jakarta, Rabu.
Jumlah lowongan kerja di AS mencapai 7,43 juta pada bulan Juni atau di bawah perkiraan, yakni 7,51 juta. Pada bulan Mei, jumlah lowongan direvisi menurun jadi 7,71 juta, seperti dikutip Anadolu.
Jumlah perekrutan hanya mengalami sedikit perubahan menjadi sekitar 5,2 juta dengan rasio tak tetap tak berubah di angka 3,3 persen pada Juni 2025.
Total Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), yang mencakup pengunduran diri, PHK, dan pemecatan, secara umum stabil di angka 5,1 juta dengan rasio konstan 3,2 persen.
Selanjutnya, sekitar 3,1 juta pekerja meninggalkan pekerjaan mereka pada Juni dengan rasio tetap sekitar 2 persen. Jumlah yang meninggalkan pekerjaan tersebut mengalami penurunan di sektor jasa profesional dan bisnis, pendidikan pemerintah negara bagian dan lokal, serta pemerintah federal.
“Rupiah diperkirakan bergerak di kisaran Rp16.325-Rp16.425 per dolar AS,” kata Josua.
Nilai tukar rupiah pada pembukaan perdagangan hari Rabu pagi di Jakarta menguat sebesar 28 poin atau 0,17 persen menjadi Rp16.381 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.409 per dolar AS.
Pewarta: M Baqir Idrus Alatas
Editor: Virna P Setyorini
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.