Liputan6.com, Jakarta Tahun 2006 menjadi saksi kejayaan Italia di panggung tertinggi sepak bola dunia, dengan nama-nama seperti Alberto Gilardino dan Fabio Grosso bersinar dalam perjalanan menuju gelar juara.
Hampir dua dekade berselang, dua ikon tersebut kembali ke panggung utama, bukan sebagai pemain, melainkan sebagai pelatih yang menakhodai klub promosi Serie A. Rivalitas baru pun terlahir, kali ini dengan peran dan tantangan yang sangat berbeda.
Gilardino kini memimpin Pisa, menggantikan Filippo Inzaghi, dan datang dengan rekam jejak promosi serta stabilitas taktik. Di sisi lain, Grosso menukangi Sassuolo, tim yang baru saja ia bawa kembali ke kasta tertinggi sepak bola Italia dengan prestasi impresif.
Pertemuan keduanya akan memberi nuansa baru pada Serie A 2025/2026. Ini adalah pertarungan simbolis tentang bagaimana warisan Piala Dunia 2006 terus hidup dalam wujud baru, di bangku cadangan, dalam keputusan taktik, dan dalam arah masa depan sepak bola Italia.
Jejak Karier Gilardino dan Grosso Setelah Pensiun
Alberto Gilardino lahir di Biella pada 5 Juli 1982, dan dikenal sebagai striker tajam yang membela klub-klub besar seperti AC Milan, Fiorentina, dan Parma.
Ia menjadi bagian dari skuad juara dunia 2006, meski bukan eksekutor penalti utama. Selepas pensiun, Gilardino mengambil lisensi UEFA Pro dan memulai karier kepelatihan dari bawah hingga akhirnya menangani tim senior Genoa.
Fabio Grosso punya tempat khusus di hati tifosi Azzurri setelah mencetak gol penting ke gawang Jerman di semifinal dan mengeksekusi penalti penentu di final Piala Dunia 2006.
Setelah gantung sepatu, ia melatih tim muda Juventus dan kemudian menangani Frosinone serta Sassuolo. Promosi bersama Frosinone pada 2022/2023 memberinya penghargaan Panchina d’Argento.
Kedua sosok ini tak hanya memiliki latar belakang sebagai pemenang Piala Dunia, tetapi juga menunjukkan jalur pelatih yang dimulai dari level bawah hingga kini duduk di bangku cadangan Serie A.
Perjalanan di Serie A Jelang Musim 2025/2026
Gilardino mengawali tugas melatih di Genoa U-19 pada Juli 2022 dan promosi ke tim utama enam bulan kemudian.
Ia berhasil membawa Genoa promosi ke Serie A 2022/2023 dan bertahan satu musim penuh, sebelum didepak pada November 2024 usai rangkaian hasil buruk.
Pisa kemudian menunjuknya sebagai pelatih utama per 26 Juni 2025 dengan kontrak dua tahun plus opsi perpanjangan.
Sementara itu, Fabio Grosso diumumkan sebagai pelatih Sassuolo pada 3 Juni 2024. Dalam satu musim, ia langsung membawa klub promosi dari Serie B dengan torehan luar biasa: 75 poin, 73 gol, dan hanya 34 kali kebobolan.
Promosi mereka dikunci lima laga sebelum musim usai, lewat hasil imbang 2-2 melawan Mantova.
Musim 2025/2026 pun menampilkan dua klub promosi, Pisa dan Sassuolo, yang masing-masing dipimpin oleh legenda berbeda.
Serie A musim ini makin menarik dengan fakta bahwa 12 dari 20 klub memulai musim dengan pelatih baru, menciptakan dinamika kompetisi yang tak terduga.
Filosofi Taktik dan Gaya Bermain Khas
Gilardino dikenal dengan pendekatan taktik yang terstruktur dan disiplin, menggunakan formasi 3-5-2 sebagai andalan.
Di Pisa, ia tetap mempertahankan gaya ini sejak awal penunjukannya, menunjukkan konsistensi dalam membangun sistem permainan tim.
Grosso, sebaliknya, lebih fleksibel dan pragmatis. Ia kerap mengandalkan serangan cepat, memaksimalkan kreativitas pemain seperti Berardi dan Verdi, serta menekankan pembangunan mental tim. Gaya ini terbukti efektif dalam membawa Sassuolo kembali ke Serie A.
Perbedaan filosofi ini menjanjikan duel taktik yang menarik sepanjang musim. Bagi penikmat Serie A, pertemuan Pisa vs Sassuolo bukan lagi sekadar pertandingan antarklub, tetapi pertarungan dua pola pikir dari generasi emas sepak bola Italia.
Latih Klub di Serie A, Bisa Dilirik Tim Nasional
Kiprah Gilardino dan Grosso di Serie A bukan hanya relevan untuk klub masing-masing, tetapi juga membuka peluang ke level lebih tinggi, termasuk kemungkinan masuk ke tim nasional Italia.
Keduanya memiliki latar belakang kuat sebagai mantan juara dunia, kini dengan bekal pengalaman sebagai pelatih papan atas.
Dengan menduduki kursi pelatih klub Serie A, nama mereka akan selalu berada dalam radar FIGC menjelang Piala Dunia 2026.