Liputan6.com, Jakarta Belakangan viral sound horeg yang menghasilkan suara keras di sekitaran Jawa Timur.
Sound horeg adalah sistem audio berdaya tinggi yang menghasilkan suara amat keras. Sound horeg kerap diarak keliling kampung bak pawai dan menghasilkan polusi suara.
Lantas, apakah sound horeg bisa memicu gangguan pendengaran?
Dokter spesialis telinga, hidung dan tenggorok, bedah kepala dan leher RS Pondok Indah Bintaro Jaya, Ashadi Budi, menjelaskan sound horeg adalah speaker yang dikeraskan sedemikian rupa dengan musik yang diputar keras sekali dan lama sekali.
"Apakah itu berisiko untuk merusak pendengaran? Ya, artinya pendengaran kita itu kalahnya itu dengan suara yang keras dan lama,” ujar Ashadi dalam temu media di Jakarta, Selasa (29/7/2025).
“Jadi, semakin keras suara kita dengarkan dan semakin lama, akan berisiko merusak pendengaran. Dan jangan salah, kerusakan pendengarannya bisa permanen, jadi bukan kerusakan pendengaran yang beberapa saat aja,” tambahnya.
Meski bisa memicu masalah pendengaran, tapi Ashadi mengatakan bahwa sound horeg tak memicu robeknya gendang telinga.
“Kalau robek (gendang telinga) sih enggak,” ujarnya.
Terlalu sering memakai earphone ternyata punya dampak negatif bagi telinga kita loh. Gak percaya? Tonton deh Semenit Berfaedah ini.
Mengenal Kondisi Gendang Telinga Robek
Sebelumnya, Ashadi menjelaskan, adanya lubang pada gendang telinga atau perforasi membran timpani bisa ditandai dengan penurunan kemampuan pendengaran, telinga berdenging, dan keluar cairan dari telinga.
Gendang telinga atau membran timpani adalah lapisan tipis yang berfungsi menerima gelombang suara dari luar dan meneruskannya ke telinga tengah. Ketika gendang telinga bermasalah, pendengaran dapat terganggu.
Alih-alih karena sound horeg, lubang pada gendang telinga sering kali disebabkan oleh infeksi kronis, trauma, atau barotrauma (cedera yang terjadi akibat perubahan tekanan udara secara mendadak).
“Kondisi ini dapat menyebabkan pasiennya mengalami penurunan pendengaran, risiko infeksi berulang, hingga gangguan dalam berkomunikasi. Hal-hal tersebut juga akan berpengaruh terhadap penurunan kualitas hidup,” jelas Ashadi.
Oleh karena itu, sambung Ashadi, sebaiknya waspada jika mengalami beberapa gejala gendang telinga berlubang sebagai berikut:
- Penurunan atau kehilangan pendengaran.
- Terasa berdering di telinga (tinnitus).
- Adanya cairan yang keluar dari telinga.
- Nyeri telinga yang sangat tajam dan terjadi secara mendadak.
- Ada sensasi berputar (vertigo).
- Pusing.
- Mual atau muntah akibat vertigo.
Bisa Picu Otitis Media Supuratif Kronik
Ashadi menerangkan, ketika gendang telinga berlubang tidak segera ditangani, maka tidak ada lagi penghalang masuknya kuman dari luar ke telinga bagian dalam.
Hal ini dapat menyebabkan infeksi dan peradangan pada telinga tengah yang disebut otitis media supuratif kronik (OMSK) atau yang lebih dikenal dengan istilah 'congek'.
“Kondisi ini ditandai dengan keluarnya cairan dari telinga secara terus-menerus atau hilang timbul. Jika tidak ditangani dengan baik, OMSK dapat menyebabkan gangguan pendengaran, bahkan komplikasi lainnya,” imbau Ashadi.
Bagaimana Penanganan Gendang Telinga Berlubang?
Untuk mengatasi masalah gendang telinga berlubang, Ashadi merekomendasikan tindakan timpanoplasti.
Ini adalah tindakan untuk menutup lubang pada gendang telinga (dengan atau tanpa rekonstruksi tulang pendengaran). Prosedur bedah minimal invasif ini bertujuan memperbaiki gendang telinga, mengembalikan fungsi pendengaran secara optimal, dan mencegah terjadinya infeksi.
Sebelum menjalani tindakan timpanoplasti, pasien akan diarahkan untuk berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter spesialis telinga hidung tenggorok bedah kepala dan leher. Dokter akan melakukan pemeriksaan secara menyeluruh, termasuk pemeriksaan audiometri dan CT scan jika diperlukan.
Selain itu, pasien juga akan diminta untuk berpuasa dan menghentikan obat tertentu sebelum tindakan operasi.
Proses tindakan timpanoplasti melibatkan beberapa tahapan, diawali dengan penggunaan anestesi umum, dilanjutkan dengan pengambilan jaringan cangkok dari sekitar telinga. Kemudian proses penambalan lubang melalui liang telinga atau dengan sayatan kecil.
“Tindakan timpanoplasti diharapkan dapat memperbaiki pendengaran pasien secara bertahap, mengurangi infeksi telinga berulang, dan meningkatkan kualitas hidup pasien,” ucapnya.