Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso membantah kabar yang menyebut banyak pedagang daging sapi di pasar tradisional beralih profesi akibat harga yang tinggi. Menurutnya, kondisi perdagangan daging sapi masih berjalan normal.
"Ah siapa bilang," ujar Budi saat ditanya terkait fenomena pedagang daging sapi yang disebut-sebut mulai meninggalkan usahanya, ditemui di Balai Kartini Jakarta, Selasa (12/8/2025).
Budi mengklaim pihaknya rutin memantau kondisi pasar bersama jajaran Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri (PDN) Kemendag. "Kita sering setiap hari melakukan pantauan kok, ke pasar, temen-temen di PDN, nggak ada masalah," katanya.
Menanggapi laporan adanya penurunan jumlah pedagang daging sapi di pasar tradisional, Budi kembali menegaskan tidak ada kendala yang signifikan. Namun, dia memastikan pihaknya akan segera mengecek langsung ke pasar.
"Enggak, ya coba nanti kami cek lagi, tapi selama ini gak ada masalah. Gak ada laporan apapun, dari teman-teman (pedagang daging) juga oke-oke saja kok," ujarnya.
Ia menambahkan, baik harga maupun pasokan daging sapi saat ini relatif aman. "Aman, nggak ada masalah. Harga barang-barang juga nggak ada masalah. Daging juga oke harganya, nggak ada masalah. Nanti coba kami cek lagi," tegas Budi.
Foto: Harga Daging sapi di Pasar Kemiri Muka Depok dan Pasar Minggu Jakarta Selatan, Jumat (8/8/2025). CNBC Indonesia/Chandra Dwi Pranata
Harga Daging sapi di Pasar Kemiri Muka Depok dan Pasar Minggu Jakarta Selatan, Jumat (8/8/2025). CNBC Indonesia/Chandra Dwi Pranata
Namun, berdasarkan pantauan CNBC Indonesia di beberapa pasar justru menunjukkan harga daging sapi stabil tinggi di kisaran Rp 120.000-Rp 130.000 per kilogram (kg), bahkan pernah mencapai Rp 140.000-Rp 150.000 per kg. Kondisi ini membuat sejumlah pedagang resah, lantaran pembeli berkurang dan keuntungan semakin tipis.
Di Pasar Kemiri Muka, Depok, Retan, salah satu pedagang daging sapi, mengaku penjualan lesu sejak harga bertahan di atas Rp100.000 per kg.
"Iya betul, sepi, dulu ramai, nggak tau gejala-gejala ekonomi gimana gitu, pembeli sudah berkurang gitu, sepertinya semenjak harga daging di atas Rp100.000 per kg," ungkapnya.
Retan kini menjual daging sapi seharga Rp130.000 per kg dan melihat banyak rekannya beralih berjualan daging ayam.
Fenomena serupa juga disampaikan Sofyan, pedagang lain di pasar tersebut. "Wah, udah beda kondisinya, dulu mah saya berani gantung daging cukup banyak, sekarang kalau begitu, nggak laku, mending yang digantung sedikit saja," katanya.
Ia menyebut harga Rp120.000 per kg sudah bertahan sejak Idul Adha 2025 lalu.
Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Pedagang Daging Indonesia (APDI), Asnawi menyebut penyebab utama banyaknya pedagang gulung tikar adalah daya beli masyarakat yang merosot, meski pasokan daging sapi melimpah.
"Kondisi ekonomi Indonesia saat ini sedang melandai, dalam hal ini daya beli masyarakat, khususnya kelas menengah ke bawah, itu turunnya drastis sekali, dan inilah yang menjadi faktor terjadinya migrasi pedagang daging sapi," jelasnya.
Ia juga menyoroti persaingan harga dengan daging kerbau impor asal India yang lebih murah. "Daging sapi kita kalah saing dengan daging kerbau impor dari India, menyebabkan pedagang jadi enggan untuk berjualan," ucap Asnawi.
Data APDI mencatat, dari 1,25 juta pedagang daging sapi di Indonesia, kini tersisa hanya sekitar 462.500 orang. Artinya, 787.500 pedagang sudah menghilang dari pasar.
(wur)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article
Negara Ini Diteror Tanduk Sapi, Presiden Didemo