Liputan6.com, Jakarta Bahu adalah salah satu sendi yang paling sering mengalami cedera dislokasi karena memiliki rentang gerak yang luas dan struktur yang relatif longgar. Dislokasi bahu terjadi ketika tulang lengan atas (humerus) terlepas dari soket sendi bahu (glenoid), yang dapat disebabkan oleh benturan keras, terjatuh, atau gerakan memutar yang ekstrem. Cedera ini umum dijumpai pada atlet, pekerja fisik, maupun siapa saja yang mengalami kecelakaan.
Kondisi ini bukan hanya menimbulkan rasa nyeri hebat dan pembengkakan, tetapi juga dapat merusak ligamen, otot, dan saraf di sekitar bahu jika tidak ditangani dengan cepat.
Dislokasi bahu dapat terjadi secara total, di mana seluruh bagian bonggol tulang lengan atas keluar sepenuhnya dari rongga sendi. Alternatifnya, dislokasi juga bisa bersifat parsial, yang dikenal sebagai subluksasi, di mana hanya sebagian bonggol tulang yang bergeser dari soketnya. Baik dislokasi total maupun parsial sama-sama menimbulkan rasa sakit yang signifikan dan membatasi mobilitas.
Memahami apa itu dislokasi bahu, penyebabnya, tanda-tanda yang menyertainya, serta langkah pertolongan pertama yang tepat sangat krusial. Pengetahuan ini tidak hanya membantu dalam penanganan darurat, tetapi juga dalam upaya pencegahan untuk mengurangi risiko cedera bahu di masa mendatang. Simak beberapa hal yang wajib diketahui tentang dislokasi bahu.
Penyebab Dislokasi Bahu
Dislokasi bahu umumnya disebabkan oleh benturan keras atau gerakan tiba-tiba yang ekstrem pada bahu, seringkali akibat trauma atau kecelakaan. Mengutip Mayo Clinic, cedera olahraga merupakan salah satu pemicu utama, terutama pada olahraga yang melibatkan kontak fisik seperti sepak bola, hoki, atau rugbi. Selain itu ada beberapa penyebab lain seseorang menderita dislokasi bahu:
1. Trauma dan Benturan Keras
Dislokasi bahu sering terjadi akibat benturan kuat—seperti jatuh pada lengan yang terulur, kecelakaan lalu lintas, atau pukulan langsung pada bahu—yang mendorong kepala tulang lengan (humerus) keluar dari soket bahu (glenoid)
2. Cedera Akibat Jatuh atau Overextensi
Jatuh dari tangga atau tersandung dan terjatuh dengan posisi lengan terulur sangat berisiko memicu dislokasi. Terjatuh dengan posisi yang menumpu pada bahu, seperti terpeleset atau jatuh dari tangga, dapat mengakibatkan dislokasi. Kecelakaan lalu lintas, baik mobil maupun motor, serta pukulan atau tendangan langsung di lengan atas, juga dapat menyebabkan tulang humerus keluar dari soket bahu.
3. Kejang Otot Parah seperti Saat Kejang atau Listrik
Walaupun jarang, kontraksi otot yang sangat kuat—seperti yang terjadi saat kejang atau tersengat listrik—juga bisa mencungkil sendi bahu keluar dari posisinya
4. Hipermobilitas dan Faktor Genetik
Beberapa individu memiliki ligamen yang lebih lentur (hiperlaksitas) atau kondisi seperti Marfan dan Ehlers-Danlos syndrome, yang menyebabkan stabilitas sendi rendah—meskipun tanpa trauma, bahu bisa menjadi tidak stabil dan rentan dislokasi
5. Penggunaan Ulang dan Gerakan Berulang (Repetitive Overhead Use)
Aktivitas berulang seperti renang, melempar, atau pekerjaan di atas kepala (overhead) dapat melonggarkan kapsul sendi dan ligamen sehingga meningkatkan risiko dislokasi, terutama pada atlet profesional atau pekerja fisik Riwayat dislokasi bahu sebelumnya menjadikan bahu lebih tidak stabil dan berisiko tinggi untuk mengalami dislokasi berulang.
Tanda dan Gejala Dislokasi Bahu
Gejala dislokasi bahu bervariasi, namun umumnya ditandai dengan nyeri hebat yang intens dan tidak tertahankan pada area bahu. Mengutip dari Mayo Clinic, terdapat sejumlah tanda dan gejala seseorang mengalami dislokasi bahu, yaitu:
- Rasa sakit dapat menyebar hingga ke leher dan lengan, serta akan semakin terasa saat bahu digerakkan. Kondisi ini seringkali disertai dengan perubahan bentuk bahu yang terlihat cacat, tidak pada tempatnya, atau menonjol keluar secara tidak wajar.
- Selain nyeri dan deformitas, area sekitar bahu yang cedera juga akan mengalami pembengkakan dan memar. Warna memar bisa bervariasi dari merah hingga kehitaman, menunjukkan adanya kerusakan jaringan di bawah kulit.
- Penderita akan mengalami keterbatasan gerak yang signifikan, bahkan mungkin tidak mampu menggerakkan lengan atau sendi bahu sama sekali.
- Dislokasi bahu juga dapat menyebabkan mati rasa, kesemutan, atau kelemahan pada leher, lengan, atau jari tangan, akibat tekanan pada saraf. Otot-otot di sekitar bahu mungkin mengalami kejang yang sangat menyakitkan, menambah penderitaan penderita.
Langkah Pertolongan Pertama Dislokasi Bahu
Jika Anda mencurigai adanya dislokasi bahu, segera cari pertolongan medis darurat. Hindari mencoba memasukkan kembali sendi sendiri karena dapat memperparah cedera, seperti merusak saraf atau pembuluh darah. Sambil menunggu bantuan, ada beberapa langkah pertolongan pertama yang krusial untuk dilakukan:
1. Imobilisasi Sendi
Imobilisasi bahu yang cedera menggunakan bidai (splint) atau gendongan (sling) untuk menjaga sendi tetap stabil dan tidak bergerak. Ini akan membantu mengurangi rasa sakit dan mencegah kerusakan lebih lanjut. Beberapa cara berikut dapat dilakukan:
- Stabilkan lengan dalam posisi nyaman, biasanya diletakkan di dekat dada, menggunakan gendongan atau sling.
- Jangan memaksa lengan bergerak atau luruskan sendi yang terlipat.
2. Kompres Dingin
Berikan kompres es pada area bahu yang cedera; bungkus es dengan handuk atau kain bersih sebelum ditempelkan ke kulit. Kompres dingin membantu mengurangi nyeri dan pembengkakan dengan mengecilkan pembuluh darah yang pecah. Lakukan kompres selama 15-20 menit, 3-4 kali sehari.
3. Pantau Sirkulasi dan Sensasi
- ...