Liputan6.com, Jakarta - Dokter spesialis rehabilitasi medik dan kedokteran fisik, Adlina Asfara, menjadi pembicara dalam ajang Usaha Kesehatan Sekolah atau UKS Final Champions 2025.
Menurutnya, pengetahuan kesehatan penting ditanamkan pada anak-anak sejak usia dini.
“Karena kebiasaan itu dipupuk dari usia dini, yang diberikan di ajang dokter cilik ini adalah dasar yang sebetulnya bisa dipupuk dan menjadi kebiasaan anak hingga dewasa, misalnya soal perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS),” ujar Adlina kepada Health Liputan6.com usai menjadi pembicara dalam Persiapan Finalis UKS Final Champions di Pusdiklat Kemendikbud, Depok, Senin (11/8/2025).
Pengetahuan soal PHBS juga bisa dibagikan kepada teman, keluarga, dan lingkungan sekitarnya. Hal ini penting lantaran banyak penyakit yang dapat dicegah dengan perilaku hidup bersih dan sehat.
“Jadi kalau kebiasaan itu bisa kita tanamkan dari fase anak-anak maka kita bayangkan nanti pas dia di masa depan dia bisa lebih hebat lagi,” ucapnya.
Adlina menilai, UKS Final Champions 2025 adalah acara yang luar biasa karena ajang-ajang soal dokter kecil sudah lama tak aktif.
“Waktu dulu, waktu saya kecil itu banyak acara tentang dokter kecil tapi sekarang udah mulai redup dan dengan acara ini diharapkan anak-anak jadi terpacu dan lebih aware dengan masalah kesehatan.”
Dia menilai, kebiasaan-kebiasaan sederhana yang diterapkan pada anak sejak dini dapat membawa manfaat besar di masa kini dan masa depannya.
Presiden Republik Indonesia, Bapak Prabowo Subianto keluarkan kebijakan menetapkan tunjangan sebesar Rp30 juta per bulan bagi dokter spesialis, termasuk dokter spesialis anak, yang bertugas di daerah tertinggal. Bagaimana tanggapan dokter?
Peserta Sangat Antusias
Dari 3.000 sekolah dasar (SD) yang mendaftar, tersaring 18 peserta yang melenggang ke babak grand final.
Adlina menyebut bahwa para peserta yang mewakili berbagai daerah memiliki semangat dan antusiasme yang tinggi.
“Anak-anaknya sangat responsif, terus pertanyaannya (yang mereka ajukan di sesi tanya jawab) juga luar biasa. Keinginan untuk mengetahui, keingintahuannya itu besar banget. Diharapkan ke depannya akan menjadi agen yang membawa perubahan di bidang kesehatan, siapa tahu ada yang ingin jadi tenaga kesehatan, itu sudah bagus banget dikenalkan di tingkat SD seperti ini,” ucapnya.
Mengenal UKS Final Champions
Dalam kesempatan yang sama, Pembina UKS Final Champions, dr. Alif Noeriyanto Rahman, Sp. OT., menjelaskan bahwa ini adalah ajang yang diinisiasi oleh Kementerian Pendidikan Dasar Menengah dan didukung oleh berbagai pihak yang ingin melakukan rejuvenasi (peremajaan) UKS.
“Karena, selama lima tahun belakangan ini usaha kesehatan sekolah ini banyak yang tidak aktif, hanya sekitar 30 persen dari UKS dan program dokter kecil di Indonesia itu aktif,” ujar Alif.
“Sehingga, ada kekhawatiran di kalangan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) dan teman-teman kolaborator yaitu Artikular Klinik, EMTEK, United Tractors, Semen Indonesia, dan Biofarma untuk bagaimana kita bisa mengaktifkan UKS ini,” imbuhnya.
Dia menambahkan, kerja sama antar pihak pun dilakukan selama tiga tahun sehingga yang mengikuti ajang ini ke depannya tidak hanya anak sekolah dasar (SD) tapi juga sekolah menengah pertama (SMP), dan sekolah menengah atas (SMA).
Berangkat dari keprihatinan akan tantangan yang dihadapi dokter dan tenaga kesehatan di Indonesia, acara ini hadir dengan harapan dapat memupuk potensi-potensi muda sejak usia dini.
“Kita prihatin, karena kan banyak masalah di dunia kesehatan Indonesia ya khususnya di kedokteran. Solusinya jelas, pembangunan karakter dan character building itu kan tidak sesederhana itu, enggak semudah itu, character building itu kan dibangun dari ketika masih kecil,” jelasnya.
Lantas, mengapa menghidupkan kembali geliat UKS menjadi hal penting?
“UKS ini adalah salah satu yang paling tua di Indonesia, dia itu berdiri sejak 1956 dan ini original dari Indonesia, kalau Pramuka kan enggak, dari luar. UKS itu murni dari Indonesia, Indonesia banget lah, itu pertama.”
Kedua, sambungnya, UKS ada di semua desa. Hampir setiap SD memiliki UKS, tapi hanya 30 persen yang aktif.
“Sebab itulah kita yang bukan bagian dari pemerintahan membantu pemerintah untuk membuat UKS jauh lebih aktif,” ucapnya.
Beasiswa Kuliah di FK UPI Menanti Pemenang
Selama ini, sambung Alif, rata-rata anak yang masuk fakultas kedokteran adalah anak-anak orang kaya. Padahal, banyak anak yang bukan berasal dari keluarga kaya juga ingin menjadi dokter.
Guna mewujudkan hal tersebut, program ini menawarkan keuntungan tersendiri, yakni kesempatan unt...