Liputan6.com, Jakarta Berpakaian nyaman merupakan hal esensial, terutama bagi Anda yang tinggal di iklim tropis seperti Indonesia. Rasa gerah dan tidak nyaman saat mengenakan dress sering kali menjadi keluhan umum, padahal pemilihan pakaian seharusnya menunjang aktivitas sehari-hari tanpa menimbulkan ketidaknyamanan.
Banyak orang memilih dress berdasarkan model dan warna, namun lupa bahwa kenyamanan sangat dipengaruhi oleh bahan kainnya. Tidak jarang, meskipun dress terlihat cantik dan modis, pemakainya merasa gerah, lengket, bahkan mudah berkeringat. Hal ini bisa terjadi karena serat kain yang digunakan tidak memiliki sirkulasi udara yang baik atau tidak mampu menyerap keringat secara optimal.
Perbedaan jenis serat kain baik alami seperti katun, linen, dan sutra, maupun sintetis seperti polyester atau nilon sangat menentukan kemampuan kain dalam menyerap kelembapan, mengalirkan udara, dan mempertahankan suhu tubuh.
Memahami karakteristik berbagai jenis serat kain menjadi kunci untuk memilih pakaian yang tidak hanya menunjang penampilan, tetapi juga memberikan kenyamanan maksimal. Artikel ini akan mengulas mengapa serat kain yang salah bisa membuat dress terasa panas dan bagaimana memilih bahan yang tepat agar Anda tetap sejuk sepanjang hari.
Mengapa Salah Serat Kain Bisa Bikin Dress Terasa Panas?
Pemilihan serat kain sangat memengaruhi kenyamanan termal pakaian. Serat kain yang salah dapat memerangkap panas tubuh dan menghambat sirkulasi udara, sehingga membuat pemakainya merasa gerah dan tidak nyaman. Hal ini dikarenakan beberapa serat kain, terutama serat sintetis, memiliki sifat higroskopis yang rendah, artinya mereka tidak menyerap keringat dengan baik.
Mengutip HuffPost UK, sutra sintetis seperti polyester, nylon, dan akrilik yang dibuat dari bahan plastik untuk musim panas. Kain jenis ini cenderung menahan panas dan kelembapan tubuh. Bila bukan pakaian olahraga khusus, bahan-bahan ini tidak bernapas, sehingga membuat tubuh terasa seperti dibungkus plastik.
Selain jenis kain, struktur kain juga berperan penting dalam menentukan kenyamanan. Tenunan atau rajutan yang rapat akan mengurangi kemampuan kain untuk "bernapas" atau memungkinkan udara melewatinya.
Secara umum, rajutan atau tenunan yang lebih rapat menciptakan kain yang kurang bernapas, sementara rajutan yang lebih terbuka atau tenunan yang lebih longgar akan lebih bernapas daripada yang rapat.
Mekanisme Serat Kain dalam Memerangkap Panas
Kemampuan kain untuk "bernapas" (breathability) mengacu pada kemampuannya untuk memungkinkan udara dan uap air melewatinya. Karakteristik ini sangat penting dalam cuaca hangat atau selama aktivitas fisik, karena membantu mengatur suhu tubuh dengan memungkinkan keringat menguap, sehingga menjaga pemakainya tetap sejuk dan nyaman.
Situs Locofast dalam keterangannya mengungkapkan semakin bernapas suatu kain, semakin baik kemampuannya dalam menyerap kelembapan dan memungkinkan sirkulasi udara. Ini berarti kain dengan breathability tinggi akan lebih efektif dalam mengelola kelembapan dan panas tubuh. Serat alami seperti katun, linen, dan wol umumnya lebih bernapas daripada serat sintetis.
"Ini karena serat alami memiliki sifat bawaan yang memungkinkan kelembapan diserap dan dilepaskan dengan mudah," dikutip dari Locofast.
Sebaliknya, serat sintetis seperti poliester dan nilon cenderung memerangkap panas dan kelembapan karena kurangnya sirkulasi udara. Polyester kurang bernapas dibandingkan serat alami seperti katun atau wol. Kurangnya kemampuan bernapas ini dapat menyebabkan keringat berlebihan dan memerangkap kelembapan pada kulit, menciptakan lingkungan yang ideal bagi bakteri dan jamur untuk berkembang biak.
Dampak Buruk Dress Panas bagi Kesehatan
Mengenakan pakaian yang panas dan tidak menyerap keringat, terutama dalam cuaca hangat, dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan dan ketidaknyamanan. Mengutip Verywell Health, ada sejumlah masalah kesehatan saat menggunakan pakaian ketat saat cuaca panas.
Beberapa dampak buruk yang mungkin terjadi meliputi:
- Iritasi Kulit: Pakaian yang ketat dan tidak bernapas dapat menyebabkan gesekan terus-menerus pada kulit, mengakibatkan iritasi, kemerahan, dan peradangan. Area seperti leher, ketiak, dan pangkal paha rentan terhadap iritasi ini.
- Jerawat dan Biang Keringat: Sirkulasi udara yang terbatas akibat pakaian yang tidak bernapas memerangkap keringat di pori-pori kulit, menyumbatnya dan menyebabkan jerawat, terutama di punggung, dada, dan bahu. Keringat yang terperangkap juga dapat menyebabkan biang keringat.
- Infeksi Jamur dan Bakteri: Lingkungan lembap dan hangat yang tercipta oleh pakaian yang tidak bernapas adalah tempat ideal bagi bakteri dan jamur untuk berkembang biak. Ini dapat meningkatkan risiko infeksi kulit seperti folikulitis dan infeksi jamur.
- Bau Badan: Keringat yang terperangkap dan tidak menguap dengan baik akan bercampur dengan bakteri di kulit, menyebabkan bau badan yang tidak sedap.
- Gangguan Sirkulasi Darah: Pakaian yang terlalu ketat, terutama yang terbuat dari bahan elastis, dapat menekan pembuluh darah, menghambat aliran darah, dan menyebabkan kesemutan atau kram.
- Dehidrasi dan Peningkatan Suhu Tubuh: Pakaian yang tidak memungkinkan keringat menguap secara efisien dapat menghambat mekanisme pendinginan alami tubuh, menyebabkan peningkatan suhu tubuh dan risiko dehidrasi.