Liputan6.com, Jakarta - Perempuan memegang peran penting dalam menjaga ketahanan keluarga, termasuk melindungi dari ancaman penyakit menular seperti demam berdarah dengue (DBD).
DBD masih menjadi masalah kesehatan global, dengan sekitar setengah populasi dunia berisiko terinfeksi. Setiap tahunnya, tercatat 100 hingga 400 juta kasus di seluruh dunia.
Di Indonesia, Kementerian Kesehatan RI melaporkan hingga minggu ke-25 tahun 2025 terdapat 79.843 kasus DBD (IR: 28,18 per 100.000 penduduk) dan 359 kematian (CFR: 0,45 persen).
Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Alergi Imunologi Klinik, Dr.dr. Sukamto, SpPD, K-AI, FINASIM, menegaskan bahwa perempuan adalah penggerak utama dalam menjaga kesehatan keluarga.
"Perempuan menjadi jembatan informasi dan penggerak aksi di lingkup rumah tangga maupun komunitas. Tantangan besar saat ini adalah meningkatnya risiko penyakit menular seperti dengue, yang bisa menyerang siapa saja tanpa memandang usia atau tempat tinggal," ujarnya.
Dia, menambahkan, orang dewasa yang terlihat sehat pun bisa menjadi pembawa virus dengue tanpa disadari. Risiko penyakit akan meningkat pada penderita komorbid, seperti:
- Hipertensi (2–3 kali lipat),
- Obesitas (1,5–2 kali lipat),
- Penyakit ginjal (7 kali lipat),
- Diabetes melitus (3–5 kali lipat), dan
- Penyakit paru-paru (2–12 kali lipat).
Anak-Anak Paling Rentan Kena Demam Berdarah Dengue
Pernyataan tersebut disampaikan dalam sesi talk show bertajuk "Peran Ibu Sebagai Penjaga Keluarga" yang digelar PT Takeda Innovative Medicines bersama CegahDBD, mendukung Yayasan Pengembangan Medik Indonesia (YAPMEDI) dan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), sebagai bagian dari rangkaian 13th Annual Women’s Health Expo & Bazaar 2025.
Karena itu, pencegahan harus dilakukan secara menyeluruh, mulai dari menjaga lingkungan dengan 3M Plus, penggunaan pelindung diri, hingga mempertimbangkan vaksinasi yang telah direkomendasikan asosiasi medis bagi anak dan dewasa.
"Perlindungan dari dengue adalah tanggung jawab bersama. Perempuan punya peran penting menggerakkan langkah itu. Saat kita semua ambil bagian, kita bukan hanya menjaga keluarga, tapi juga membangun masa depan yang lebih sehat," kata dr. Sukamto.
Spesialis Anak Konsultan, Dr.dr. Bernie Endyarni Medise, Sp.A(K), MPH, mengingatkan bahwa anak-anak adalah kelompok paling rentan terhadap DBD. "Dalam tujuh tahun terakhir, kematian akibat dengue paling banyak terjadi pada anak dan remaja usia 5–14 tahun. Satu kali terinfeksi tidak membuat kebal, bahkan infeksi kedua bisa lebih parah," ujarnya.
Gejala Demam Berdarah Dengue
Gejala khas dengue meliputi demam tinggi, nyeri kepala, mual, muntah, nyeri otot, sendi, dan ruam kulit. Fase kritis biasanya terjadi saat demam mulai turun, yang berisiko menyebabkan Dengue Shock Syndrome (DSS). Hingga kini, belum ada pengobatan spesifik untuk menyembuhkan dengue.
“Pencegahan menjadi kunci, salah satunya melalui vaksinasi. Vaksin dengue sudah direkomendasikan untuk anak dan orang dewasa oleh asosiasi medis, termasuk Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI),” tambah dr. Bernie.
Presiden Direktur PT Takeda Innovative Medicines, Andreas Gutknecht, menegaskan komitmen perusahaan dalam mendukung pencegahan dengue di Indonesia.
"Perempuan adalah inti keluarga dan komunitas yang sehat. Kami percaya membangun keluarga yang sehat dimulai dari pemberdayaan perempuan," ujarnya.
Takeda berkolaborasi dengan pemerintah, asosiasi medis, sektor swasta, dan masyarakat untuk memperluas akses edukasi dan solusi pencegahan.
"Bersama, kita bisa melindungi keluarga dari ancaman dengue dan mewujudkan nol kematian akibat dengue pada tahun 2030," kata Andreas.