Jakarta (ANTARA) - Tradisi panjat pinang saat perayaan 17 Agustus kerap melibatkan penggunaan oli bekas untuk melapisi batang pohon pinang agar licin dan menantang. Tradisi ini menjadi salah satu daya tarik utama perayaan kemerdekaan, memicu semangat kompetisi sekaligus kebersamaan di tengah masyarakat.
Namun, praktik ini menyimpan sejumlah potensi bahaya serius yang kerap diabaikan. Kandungan zat berbahaya dalam oli bekas dapat menimbulkan risiko bagi kesehatan peserta dan mencemari lingkungan. Berikut penjelasannya.
Baca juga: Waspadai 7 tanda oli motor habis, segera ganti sebelum mesin rusak
7 bahaya oli bekas yang digunakan dalam panjat pinang
1. Termasuk limbah B3
Oli bekas tergolong limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) karena mengandung zat kimia berbahaya, bersifat asam, serta korosif. Penanganan yang tidak tepat dapat membahayakan manusia dan lingkungan di sekitarnya.
2. Potensi iritasi kulit
Kontak langsung dengan oli bekas dapat memicu iritasi kulit. Kandungan kimianya dapat menyebabkan rasa gatal, kemerahan, bahkan peradangan pada kulit peserta yang memanjat.
3. Paparan logam berat
Oli bekas mengandung logam berat seperti timbal, kadmium, dan kromium. Paparan jangka panjang dapat menyebabkan gangguan ginjal, kerusakan saraf, penurunan fungsi organ, bahkan meningkatkan risiko kanker.
Baca juga: Ini cara sindikat di Kembangan Jakbar produksi oli palsu
4. Merusak pakaian peserta
Kandungan kimia dalam oli bekas sulit dibersihkan karena tidak larut dalam air. Noda yang menempel bisa bersifat permanen dan merusak pakaian peserta lomba.
5. Dampak lingkungan
Jika oli bekas meresap ke tanah atau terbawa aliran air, zat berbahayanya dapat mencemari tanah, air tanah, dan ekosistem perairan. Dampaknya dapat merusak habitat serta mengganggu kesehatan masyarakat.
6. Ancaman keselamatan fisik
Selain bahaya dari zat kimia, penggunaan oli bekas meningkatkan risiko kecelakaan fisik. Permukaan yang terlalu licin membuat peserta rentan terpeleset dan jatuh dari ketinggian.
Baca juga: Dampak fatal oli palsu pada motor: Kenali ciri dan solusi mengatasinya
7. Alternatif aman belum diprioritaskan
Meski bahayanya telah diketahui, penggunaan oli bekas masih lazim dilakukan karena dianggap murah dan praktis. Padahal, tersedia pilihan pelumas alami atau ramah lingkungan yang bisa digunakan untuk menjaga keamanan peserta dan kelestarian lingkungan.
Penggunaan oli bekas dalam lomba panjat pinang sebaiknya dihentikan demi mencegah risiko kesehatan, keselamatan, dan kerusakan lingkungan. Langkah ini penting untuk memastikan setiap peserta dapat berpartisipasi tanpa terpapar bahan berbahaya yang dapat menimbulkan dampak jangka panjang.
Panitia dan masyarakat perlu beralih ke bahan pelumas yang aman dan tidak beracun agar tradisi ini tetap bisa berlangsung tanpa membahayakan siapa pun. Dengan inovasi bahan pengganti yang ramah lingkungan, panjat pinang dapat terus menjadi ajang hiburan yang seru sekaligus aman bagi semua pihak.
Baca juga: Desa di OKU luncurkan inovasi kompor berbahan bakar oli bekas
Pewarta: M. Hilal Eka Saputra Harahap
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.