Jakarta (ANTARA) - Istilah neurodivergent semakin sering digunakan untuk menggambarkan keberagaman cara kerja otak manusia yang berbeda dari kebanyakan orang (neurotypical). Istilah ini tidak lepas dari konsep neurodiversity atau neurodiversitas yang diperkenalkan sosiolog Australia, Judy Singer, pada 1998 untuk mengakui bahwa perkembangan otak setiap individu bersifat unik, layaknya sidik jari yang tidak pernah sama, bahkan pada anak kembar identik.
Neurodivergent bukan istilah medis, tetapi dapat mencakup individu dengan atau tanpa diagnosis medis tertentu. Perbedaan ini tidak selalu menjadi kekurangan, melainkan variasi alami yang dapat menimbulkan tantangan maupun kelebihan. Sejumlah kondisi yang tergolong neurodivergent antara lain autisme, ADHD, disleksia, dan dyspraxia.
Baca juga: Gangguan pembersihan otak secara mandiri dapat picu alzheimer
Berikut adalah delapan ciri umum yang sering ditemukan pada individu neurodivergent:
1. Sensitivitas sensorik yang tinggi
Banyak pengidap neurodivergent sangat peka terhadap rangsangan di sekitarnya, seperti cahaya, suara, atau sentuhan. Menatap mata lawan bicara dapat terasa terlalu intens dan menimbulkan ketidaknyamanan, sehingga mereka cenderung menghindarinya untuk mengurangi stres sensorik.
2. Overload informasi visual
Menatap mata lawan bicara terkadang memicu overload informasi visual bagi sebagian individu neurodivergent. Hal ini membuat mereka sulit memproses informasi verbal secara bersamaan, sehingga lebih memilih untuk memusatkan perhatian ke arah lain saat berbicara.
3. Kesulitan membaca ekspresi wajah
Sebagian individu neurodivergent mengalami tantangan dalam menginterpretasikan ekspresi wajah dan bahasa tubuh. Menatap mata tidak selalu membantu mereka memahami emosi lawan bicara, bahkan dapat menambah beban dalam interaksi sosial.
Baca juga: Psikolog: Musik berperan penting rangsang kinerja otak anak
4. Fokus pada detail atau benda
Alih-alih menatap mata lawan bicara, pengidap neurodivergent sering memusatkan perhatian pada detail atau objek tertentu di sekitarnya. Perilaku ini bukan tanda kurangnya minat, melainkan cara mereka memproses informasi secara berbeda.
5. Kesulitan memahami konteks sosial
Beberapa individu neurodivergent mungkin tidak menyadari norma sosial yang mengharuskan kontak mata saat berkomunikasi. Kesulitan memahami konteks sosial ini membuat mereka terlihat menghindari tatapan, padahal hal tersebut merupakan bagian dari gaya komunikasi mereka.
6. Preferensi komunikasi alternatif
Pengidap neurodivergent sering merasa lebih nyaman menggunakan komunikasi non-verbal atau media tertulis. Cara ini memungkinkan mereka mengekspresikan diri secara lebih efektif dibandingkan percakapan tatap muka langsung.
Baca juga: Suplemen yang sebaiknya dihindari demi kesehatan otak
7. Pola berjalan tidak biasa
Beberapa individu dengan autisme atau kondisi neurodiversitas lainnya memiliki pola berjalan khas, seperti berjalan jinjit atau bertumpu pada bola kaki. Kebiasaan ini dapat menimbulkan masalah jangka panjang pada kaki atau sepatu yang cepat aus.
8. Gangguan tidur
Masalah tidur umum dialami oleh pengidap neurodivergent, terutama anak dengan autisme. Gangguan ini dapat disebabkan oleh sensitivitas terhadap cahaya dan kebisingan, atau kebutuhan tidur yang sangat spesifik. Beberapa di antaranya merasa perlu tidur berdekatan dengan orang lain untuk merasa aman, ataupun harus diapit benda seperti bantal di depan dan belakangnya, atau disampingnya.
Pendekatan yang tepat
Mendampingi individu neurodivergent memerlukan pemahaman yang benar mengenai kondisinya. Lingkungan yang inklusif, komunikasi yang nyaman, dan penyesuaian fasilitas dapat membantu mereka mengatasi tantangan dan mengoptimalkan potensi yang dimiliki. Dalam beberapa kasus, seperti ADHD, terapi perilaku dan obat-obatan juga dapat membantu mengurangi gejala yang mengganggu aktivitas sehari-hari.
Baca juga: China target raih terobosan teknologi antarmuka otak-komputer di 2027
Pewarta: Raihan Fadilah
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.