Jakarta (ANTARA) - Belakangan ini, publik kembali menaruh perhatian pada tes DNA setelah kasus yang melibatkan Ridwan Kamil dan Lisa Mariana ramai diberitakan. Meski kasus tersebut menjadi sorotan, tes DNA sejati-nya bukan hal baru di dunia medis maupun hukum. Prosedur ini kerap digunakan untuk memastikan hubungan biologis, mengidentifikasi seseorang, hingga membantu proses penyelidikan kriminal.
DNA, atau Deoxyribonucleic Acid, dapat diibaratkan sebagai rancangan dasar yang menyimpan seluruh informasi genetik seseorang. Melalui analisis ilmiah, tes DNA mampu mengungkap kebenaran yang tak terlihat oleh mata, mulai dari hubungan darah hingga potensi risiko kesehatan.
Lantas, apa sebenarnya yang dimaksud dengan tes DNA, dan bagaimana cara kerjanya? Simak penjelasan berikut ini yang telah dihimpun dari berbagai sumber.
Baca juga: Polisi butuh dua minggu untuk tes DNA mayat tanpa kepala di Ciliwung
Pengertian tes DNA
Tes DNA, atau yang juga dikenal sebagai tes genetik, merupakan pemeriksaan medis yang bertujuan mendeteksi adanya perubahan atau mutasi pada gen, kromosom, maupun protein di dalam tubuh. Perubahan ini dapat menjadi petunjuk apakah seseorang memiliki, berisiko mengembangkan, atau berpotensi mewariskan suatu kelainan genetik.
Proses pengujian ini biasanya menggunakan sampel seperti darah, kulit, rambut, jaringan tubuh, atau cairan ketuban. Melalui analisis di laboratorium, tes DNA mampu memberikan kepastian tentang ada atau tidaknya kondisi genetik tertentu, sekaligus membantu memperkirakan peluang seseorang untuk mengalami atau menurunkan kelainan tersebut kepada keturunannya.
Selain mengonfirmasi keberadaan suatu penyakit, tes DNA juga dapat mengungkap risiko seseorang terhadap gangguan kesehatan di masa depan, serta menunjukkan apakah individu tersebut membawa gen yang mengalami mutasi. Informasi yang diperoleh dari tes ini memberikan gambaran mendalam tentang komposisi genetik yang membentuk ciri khas setiap manusia.
Baca juga: Di TKP, tak ada DNA dan sidik jari selain milik Arya Daru
Cara kerja tes DNA
Proses tes DNA dimulai dengan pengambilan sampel, yang umumnya diperoleh dari darah, air liur, atau rambut. Ketiga sumber ini menjadi metode yang paling sering digunakan. Selain itu, sampel juga bisa diambil dari cairan ketuban atau jaringan tertentu, biasanya melalui tes usap (swab).
Untuk tes skrining pada bayi baru lahir, prosedur dilakukan dengan mengambil sedikit darah melalui tusukan di tumit bayi. Dari pemeriksaan awal, orang tua hanya akan menerima hasil berupa positif atau negatif. Jika hasil menunjukkan positif, diperlukan pemeriksaan lanjutan untuk memastikan apakah bayi memiliki kelainan genetik.
Sampel yang telah dikumpulkan akan dikirim ke laboratorium, tempat teknisi melakukan analisis guna mendeteksi perubahan pada gen, kromosom, atau protein. Hasil pemeriksaan kemudian dikirimkan kembali kepada penyedia layanan kesehatan untuk disampaikan kepada pasien.
Secara umum, risiko fisik dari tes genetik tergolong rendah. Namun, pada tes prenatal terdapat risiko kecil keguguran, karena prosedur ini memerlukan pengambilan sampel cairan ketuban dari sekitar janin. Risiko yang lebih besar biasanya bersifat emosional dan finansial.
Hasil yang tidak terduga dapat memicu rasa cemas, takut, tertekan, bahkan rasa bersalah. Dari segi biaya, tes genetik bisa memerlukan dana mulai dari ratusan ribu hingga jutaan rupiah.
Perlu diingat, tes DNA tidak dapat mengungkap semua kemungkinan kelainan genetik dan hasilnya tidak selalu 100% akurat. Tes ini juga tidak dapat memprediksi tingkat keparahan gejala atau waktu pasti munculnya suatu kondisi genetik.
Baca juga: Kuasa hukum Lisa Mariana ungkap kisah haru saat proses tes DNA
Pewarta: Sean Anggiatheda Sitorus
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.